Ini solusi bagaimana kita menyejahterakan petani sawit
Jakarta (ANTARA) – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memastikan produk minyak makan merah akan diserap oleh pasar setelah proyek uji coba (pilot project) ditargetkan rampung pada Januari 2023.
“Teknologi produksi minyak makan merah ini sudah ada, petaninya sudah mau, pembiayaan pun sudah oke, bisnis modelnya sudah ada, sekarang ini kepastian pasarnya. Perkembangannya, Agustus DED (detail engineering design) selesai, produksi mulai jalan, Januari 2023 kick off,” katanya lewat keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Dalam upaya mempersiapkan penyerapan oleh pasar agar lebih kuat, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang Kerja Sama Kemitraan Dalam Rangka Inovasi Teknologi Pengolahan Minyak Makan Merah dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Dinas Koperasi dan UKM Sumatra Utara (Diskopsu), Koperasi Produsen Sawit dan Himpunan Peritel, dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) di Gedung Sarinah, Jakarta, Senin.
Tujuan MoU tersebut meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui kemitraan, pemberian pendampingan dan konsultasi kelembagaan, inovasi teknologi dan produk, digitalisasi, kewirausahaan, dan kepastian pemasaran atas hasil produk minyak makan merah.
Kini, lanjutnya, koperasi sudah mulai memperkenalkan kepada petani untuk mengolah kelapa sawit yang masih dalam bentuk tandan buah segar (TBS) menjadi produk turunan. Hal itu menjadi solusi bagi para petani sawit agar kesejahteraan mereka meningkat.
“Sekarang petani sawit senang karena mereka tidak lagi hanya menjual TBS, tapi juga punya nilai tambah karena bisa mengolah TBS sawitnya menjadi minyak makan merah, dan itu bisa didistribusikan ke masyarakat. Ini solusi bagaimana kita menyejahterakan petani sawit,” ucap Teten.
Menkop mengapresiasi kesediaan Hippindo membuka ruang bagi para petani sawit mendapatkan akses pasar yang lebih luas, ditandai komitmen anggota jaringan Hippindo melakukan kontrak dengan petani sawit untuk menyuplai minyak makan merah.
“Saya mendapat informasi bahwa dari jaringan restoran, sudah ada permintaan 200 ton. Jadi tidak usah ragu, Kita bisa bangun di setiap 1.000 hektare sawit mini pabrik untuk CPO (crude palm oil) dan minyak makan merah,” ungkap dia.
Pihaknya disebut mencoba mengembangkan minyak makan merah bersama koperasi guna mendorong kemandirian pangan, menyediakan alternatif produk, serta solusi bagi keterbatasan bahan baku dan ketidakstabilan harga minyak goreng.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyampaikan bahwa MoU tersebut meliputi penelitian dan pengkajian isu-isu penting dan strategis tentang pengembangan dan pembangunan industri agro minyak makan merah (suplemen makanan) berbasis kelapa sawit, lalu pengembangan sumber daya manusia.
Kemudian juga inovasi terkait teknologi dalam proses produksi guna menghasilkan minyak makan merah (suplemen makanan) berbasis kelapa sawit yang aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas.
“Selain itu juga melakukan program dan kegiatan strategis pemasaran maupun penjualan atas hasil produk minyak makan merah (suplemen makanan) yang akan dilakukan oleh Hippindo,” ujar Budihardjo.
Baca juga: Teten: Petani sawit senang peroleh nilai tambah minyak makan merah
Baca juga: Minyak sawit merah dianggap lebih sehat dibanding CPO
Baca juga: Menkop: Minyak makan merah lebih murah dari minyak goreng biasa
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.