korannews.com – Seorang pendaki Gunung Lawu asal Kediri, Ali Rahmatullah (48), dinyatakan hilang dan terakhir terlihat di Pasar Setan. Tempat yang disebut-sebut menyimpan misteri.
“Itu info awal, dari orang-orang warung melihat terakhir di Pasar Setan sekitar tanggal 20 kemarin,” kata relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi Santosa dan dikutip Senin (1/11/2022).
Belum diketahui secara pasti Ali terakhir terlihat pada siang atau malam hari. Namun, hingga kini pencarian pendaki hilang itu belum membuahkan hasil.
Tentang Pasar Setan
Pasar Setan itu berada di sekitar Pos 5 jalur pendakian Gunung Lawu.
Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat, Pasar Setan ini digambarkan dengan tumpukan bebatuan. Kegiatan Pasar Setan terjadi pada malam hari, khususnya malam Jumat.
Mengutip situs Kominfo Magetan, Jumat (28/10/2022), lokasi Pasar Setan ini dekat dengan titik bulak peperangan antara pasukan Prabu Brawijaya V, yang dalam pengasingan ke Gunung Lawu, dan Adipati Cepu dari Majapahit. Peperangan itu bermula saat Raden Gugur dikejar-kejar pasukan Kadipaten Cepu.
Menurut buku Politik Kerajaan Jawa dan Hitam Putih Majapahit (1978) yang dikutip situs Kominfo Magetan, pasukan Adipati Cepu kala itu diperintah Girindrawardhana raja Majapahit yang berhasil menggulingkan kedudukan Brawijaya. Dengan pasukan yang tersisa, Brawijaya kemudian melawan dibantu dengan pasukan Wongso Menggolo dan Dipo Menggolo yang merupakan penggawa desa di Bagian Utara Gunung Lawu.
Saking dahsyatnya pertempuran di Bulak Peperangan itu, konon tak ada prajurit yang selamat. Hanya Raden Gugur, Wongso Menggolo, dan Dipo Menggolo yang berhasil selamat. Kala itu Adipati Cepu yang berhasil lolos dari maut akhirnya memilih melarikan diri.
Nah, lokasi bulak peperangan itu hingga kini masih sering dikunjungi para pendaki Gunung Lawu untuk literasi sejarah. Lokasi bulak peperangan itu berada di sebelah Utara dari puncak Hargo Dumilah atau berada di sebelah Pasar Dieng atau Pasar Setan.
Lokasi Pasar Setan
Pasar Setan ini diyakini berada antara jalur pendakian Gunung Lawu dan Candi Cetho. Jalur ini dikenal cukup terjal dan sulit dilalui karena berkabut.
Mengutip situs indonesia.go.id, Jalur pendakian ini dikenal sebagai jalur gaib. Sebab, para pendaki yang melewati padang ilalang di lereng Lawu dan berangin kencang sering mendengar suara bising layaknya sebuah pasar, hingga sering disebut sebagai lokasi ‘Pasar Setan’.
Pasar Setan ini juga dikenal sebagai Pasar Dieng. Mengutip jurnal ISI Surakarta berjudul Perancangan Kampanye Keselamatan Pendakian Dalam Gerakan Salam Safety di Gunung Lawu Jalur Cemoro Sewu, pasar ini terletak di bawah Hargo Dalem.
Secara fisik, tempat tersebut merupakan tanah lapang luas yang berisi banyak batu-batu besar dan pohon edelweis. Ada beberapa batu yang disusun secara rapi dan siapapun dilarang untuk mengubah atau mengambilnya.
Jika nekat, diyakini akan muncul sesuatu yang tidak diinginkan. Banyak cerita mistis tentang Pasar Setan ini, misalnya saja pendaki yang tersesat hingga hilang tak ditemukan.
Menurut penuturan warga setempat, Pasar Dieng atau Pasar Setan ini merupakan tempat transaksi bagi para jin dan makhluk halus penghuni Lawu. Tak sedikit para pendaki yang mengalami kejadian aneh, seperti mendengar suara keramaian.
Konon jika mendengar suara bising tersebut diharuskan untuk melempar koin sebagai tanda berkomunikasi dan agar tidak tertimpa musibah. Oleh karena itu, Pasar Setan dikenal sebagai salah satu tempat sakral di kawasan Gunung Lawu.
Itulah kisah dan lokasi Pasar Setan di Gunung Lawu.
Tak melulu soal mitos, ternyata ada kisah sejarahnya Lur, menarik ya!