korannews.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyebut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi ancaman resesi pada tahun 2023.
Adapun sejauh ini, sektor pariwisata Indonesia justru menguat dengan pertumbuhan sekitar 5,3 persen pada triwulan kedua tahun 2022.
“Risiko resesi Indonesia oleh Bloomberg, disurvei hanya (terdampak) 3 persen dibandingkan negara-negara lain.”
“Jadi, Alhamdulillah, dengan kolaborasi berbagai pihak, dengan menjaga daya beli sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” jelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, dalam Weekly Press Brief, Rabu (17/10/2022).
Kolaborasi ini dilakukan melalui pelonggaran mobilitas masyarakat, mengedepankan produk-produk lokal untuk menekan impor, dan program Bangga Buatan Indonesia.
Selain itu, ada juga pemberian pendampingan melalui program insentif, bantuan promosi, fasilitas, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) lokal, subsidi, dan pemerataan bantuan modal bagi para pelaku usaha, pariwisata, dan ekonomi kreatif.
“Fasilitasi pelaku (usaha) dalam pengembangan pasar, terutama dalam mengikuti pameran dan expo, fasilitasi pendaftaran dan perizinan, terutama percepatan perolehan HKI (hak kekayaan intelektual),” lanjut Menparekraf.
Upaya tersebut diharapkan dapat terus mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, serta menguatkan ekosistem dalam negeri guna menekan angka resesi ekonomi.
Menghadapi hal tersebut, Kemenparekraf juga telah berupaya untuk menekan harga-harga tiket penerbangan dan harga cabai. Harga cabai dalam hal ini tergolong penting lantaran masuk dalam sektor ekonomi kreatif, khususnya kategori kuliner.
Namun, meski angka potensi resesi di Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara lain dan adanya peningkatan di berbagai sektor pariwisata, Menparekraf mengingatkan agar tidak terlena.
Sebab, meski ada kemungkinan Indonesia tidak mengalami resesi, perlambatan ekonomi tetap mungkin terjadi.