korannews.com – Setiap tahun pada tanggal 1 Syawal umat Islam di seluruh dunia merayakan hari besar Idul Fitri. Ini merupakan sebuah perayaan yang amat besar bagi umat muslim termasuk Indonesia. Pada momen ini berbagai daerah biasanya memiliki tradisi atau festival sendiri dalam menyambut datangnya hari kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Diselenggarakannya tradisi dan festival di berbagai daerah untuk menyambut Idul Fitri membuat perayaan tahunan ini makin meriah. Lantas daerah mana saja yang memiliki perayaan lebaran paling meriah di Indonesia? Dikumpulkan Travelingyuk dari berbagai sumber, inilah 6 daerah dengan perayaan lebaran paling meriah di nusantara.
1. Gorontalo Dengan Tradisi Tumbilotohe
Kota Gorontalo di Provinsi Gorontalo menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki perayaan menyambut Idul Fitri paling meriah. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan yang dilaksanakan di sana menjelang hari kemenangan. Adalah tradisi Tumbilotohe, sebuah tradisi menyalakan lampu minyak di sepanjang jalan. Uniknya lampu minyak ini ditaruh pada kerangka yang didesain beraneka bentuk seperti bunga hingga gapura.
Tradisi Tumbilotohe sudah ada sejak abad ke-15 dan sebagai bentuk tanda dari datangnya Idul Fitri. Biasanya tradisi ini akan dimulai sejak h-3 dan api dari lampu minyak ini akan menerangi jalan-jalan di Gorontalo sejak magrib hingga subuh. Kini pelaksanaan tradisi ini kian meriah, lampu minyak tak hanya ditaruh di pinggir jalan saja namun warga kini membuat beraneka bentuk kaligrafi di lapangan yang luas dari lampu minyak ini. So, jika ada yang bertanya kapan waktu terbaik berkunjung ke Gorontalo maka jawaban yang pasti adalah saat menjelang Idul Fitri.
2. Pontianak Punya Festival Meriam Karbit
Bagi Anda yang pulang kampung ke Pontianak pasti festival ini yang paling dikengenin sekaligus paling dinanti. Tiap malam lebaran hingga satu hari setelahnya, kota Pontianak memiliki Festival Meriam Karbit yang turut memeriahkan datangnya hari Idul Fitri. Festival ini dilakukan 3 hari mulai yaitu mulai malam takbiran hingga h+1. Festival ini diadakan di pinggir Sungai Kapuas dan terdapat dua kubu yang berada di tempat yang berseberangan dari sungai tersebut.
Meriam yang digunakan terbuat dari kayu dan berukuran sangat besar bahkan ada yang memiliki diameter hingga setengah meter. Masalah bunyi ledakan jangan ditanya, setiap meriam dalam menggelegar hingga dapat didengar dari radius 5km. Yang unik dari meriam ini adalah sejarahnya yang tak lepas dari kisah mistis yang konon digunakan sebagai upaya mengusir hantu kuntilanak yang sering menghantui warga desa.
3. Yogyakarta Selalu Rutin Menyelenggarakan Grebek Syawal
Lain di Pontianak lain pula di Yogyakarta, di daerah istimewa ini setiap tanggal satu Syawal keluarga Keraton selalu rutin menyelenggarakan sebuah tradisi yang sudah turun temurun bernama Grebek Syawal. Dalam tradisi ini akan dibagikan gunungan yang berisi hasil bumi kepada masyarakat Yogya.
Tradisi Grebek Syawal sendiri merupakan perwujudan sedekah Sultan kepada rakyatnya. Hal ini disimbolkan pada sebuah gunungan berisi hasil bumi yang disebut dengan Gunungan Lanang. Prosesi ini akan dimulai setelah salah Ied di sekitar alun-alun utara Yogyakarta. Sebelum dibagikan gunungan hasil bumi ini akan didoakan dahulu di Masjid Agung Kauman. Setelah itu warga akan tumpah ruah berebut hasil bumi tersebut bahkan dalam tradisi ini juga diikuti banyak turis lokal hingga mancanegara.
4. Pawai Pegon di Jember
Pada hari ketujuh lebaran di Jember memiliki tradisi unik berupa Pawai Pedati atau juga dikenal sebagai Pawai Pegon. Pada hari itu Anda bisa melihat iring-iringan pedati yang biasanya digunakan warga Jember untuk mengangkut hasil panen dan pasir dihias sedemikian rupa dari bahan-bahan hasil panen dan juga ketupat. Pawai ini akan membawa anggota keluarga berkeliling desa hingga pesisir Pantai Watu Ulo.
Tradisi Pawai Pegon ini merupakan kegiatan yang dipercaya dapat mempererat tali silaturahmi serta waktu untuk berekreasi bagi keluarga petani di Jember. Dalam kereta yang ditarik oleh dua ekor sapi ini terdapat makanan khas lebaran berupa ketupat yang nantinya akan dimakan bersama-sama saat tiba di Pantai Watu Ulo.
5. Bali Kental Dengan Tradisi Megibung
Bali yang notabene mayoritas penduduknya menganut ajaran Hindu ternyata memiliki perayaan menjelang lebaran yang tak kalah meriah. Adalah tradisi Megibung yang dilaksanakan mulai hari kesepuluh, dua puluh dan tiga puluh ramadan sebagai buktinya. Megibung merupakan tradisi makan bersama yang diselenggarakan oleh umat muslim Kampung Islam Kepaon, Denpasar Selatan.
Megibung dilaksanakan dalam bentuk buka puasa bersama. Warga desa akan berkumpul di Masjid Al Muhajirin sembari menunggu waktu berbuka. Saat adzan magrib berkumandang mereka akan meminum kolak atau jajanan terlebih dahulu. Barulah seusai salat magrib tradisi Megibung dilaksanakan, mereka akan duduk berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang dengan satu nampan besar berisi makanan lengkap. Setelah itu mereka akan makan bersama dari satu wadah tersebut.
6. Ada Pesta Makan di Bangka
Umumnya setelah salat Idul Fitri di masjid umat muslim akan menutupnya dengan bersalam-salaman saling memaafkan setelah itu pulang untuk berkunjung ke rumah keluarga lainnya. Namun tidak begitu jika di Bangka, setelah bersalam-salaman mereka akan berkumpul lagi untuk melakukan tradisi Bedulang yaitu sebuah tradisi makan bersama setelah salat Ied.
Bedulang sendiri memiliki arti tudung saji yang mana dalam satu tudung saji ini akan terdapat berbagai macam jenis makanan. Menu makanan yang disajikan dalam tradisi Bedulang ini adalah makanan khas Bangka yang susah ditemukan di daerah lain. Setidaknya ada 6 jenis lauk pauk yang dihidangkan dalam satu nampan yang lengkap dengan nasi merah, buah dan jus.
Uniknya untuk jus yang disajikan adalah jus madu yang menjadi ciri khas masyarakat Bangka. Tradisi ini setiap tahun diadakan dua kali selain saat Idul Fitri tradisi seperti ini juga dapat dijumpai dalam peringatan Maulid Nabi.