Pesawat-pesawat jet tempur Israel pada Sabtu (6/8) menggempur Jalur Gaza, yang dibalas militan Palestina dengan serangkaian serangan roket ke bagian selatan Israel. Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya eskalasi setelah gelombang serangan udara Israel yang menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk seorang militan senior dan seorang anak perempuan berusia lima tahun.
Pertempuran itu berawal dari pembunuhan Taiseer Al Jabari, seorang komandan senior Jihad Islam Palestina, yang dilakukan pasukan Israel pada Jumat (5/8).
Perdana Menteri Israel Yair Lapid, dalam pidato yang disiarkan televisi, mengatakan “pemerintah saat ini memiliki kebijakan tanpa toleransi untuk setiap percobaan serangan dalam bentuk apapun dari Gaza ke wilayah Israel. Israel tidak akan duduk diam ketika ada orang yang mencoba menyakiti warga sipilnya.” Ditambahkan, “Israel tidak tertarik pada konflik yang lebih luas di Gaza, tetapi juga tidak akan menghindari dari konflik itu.”
Kelompok Hamas, yang memerintah di Jalur Gaza, saat ini belum melibatkan diri dalam konflik terbaru itu dan menjaga agar intensitasnya tetap terkendali.
Dalam 15 tahun terakhir ini Israel dan Hamas telah terlibat dalam empat perang dan beberapa pertempuran kecil di wilayah yang dihuni sekitar dua juta warga Palestina itu.
Sesaat sebelum tengah hari Sabtu (6/8), pesawat tempur Israel meningkatkan serangan udara. Setelah memberi peringatan kepada warga lewat panggilan telepon, jet-jet tempur Israel menjatuhkan dua bom di rumah seorang anggota jiha Islam, meratakan rumah dua lantai itu dan rumah-rumah lain di sekitarnya. Sejumlah perempuan dan anak-anak berlari menyelamatkan diri. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu.
Huda Shamalakh, yang tinggal di sebelah rumah yang menjadi target Israel itu, mengutuk aksi itu. “Memperingatkan kami? Mereka memperingatkan kami dengan roket. Kami melarikan diri tanpa sempat membawa apapun!”
Serangan udara lain menghantam rumah Jihad Islam lain di dekatnya. Militan Gaza membalas dengan meluncurkan sejumlah roket ke selatan Israel setiap setengah jam sekali. Tidak ada laporan korban jiwa.
Pembangkit listrik tunggal di Gaza berhenti beroperasi pada Sabtu (6/8) siang karena kekurangan bahan bakar setelah Isratel menutup titik penyebrangan perbatasan ke Gaza sejak Selasa lalu (2/8). Penutupan penyeberangan ini memperdalam krisis listrik yang sudah akut di wilayah padat penduduk di tengah puncak musim panas. Gangguan pasokan ini membuat warga Gaza hanya mendapatkan listrik sekitar empat jam sehari, dan meningkatkan ketergantungan pada generator pribadi.
Aksi kekerasan itu menjadi ujian awal bagi Yair Lapid, perdana menteri sementara menjelang pemilu November mendatang ketika ia berharap mempertahankan posisinya. Lapid, mantan pembawa acara dan penulis di televisi yang berhaluan tengah, memiliki pengalaman diplomasi setelah menjabat sebagai menteri luar negeri di era pemerintahan sebelumnya, tetapi kurang berpengalaman dalam isu keamanan. Konflik di Gaza dapat meningkatkan posisinya dan memberi dorongan ketika ia berhadapan dengan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang pernah memimpin negara itu dalam tiga dari empat perang dengan Hamas.
Hamas juga menghadapi dilema dalam memutuskan apakah akan melibatkan diri dalam pertempuran baru itu atau tidak. Pertempuran terbaru ini terjadi hampir satu tahun setelah perang terakhir yang menyebabkan kehancuran. Hampir tidak ada perbaikan infrastruktur pasca serangan terakhir, dan wilayah pesisir yang terisolasi itu semakin terperosok dalam kemiskinan. Pengangguran di Jalur Gaza mencapai sekitar 50 persen.
Mesir telah mengintensifkan upaya untuk mencegah eskalasi dengan berkomunikasi dengan Israel, Palestina dan Amerika untuk mencegah keterlibatana Hamas dalam pertempuran terbaru itu; demikian kata seorang pejabat intelijen Mesir yang berbicara secara anonim karena tidak berwenang memberi informasi pada media.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan seorang anak perempuan berusia lima tahun dan seorang perempuan berusia 23 tahun termasuk di antara 12 korban tewas di Gaza. Lebih dari 80 orang luka-luka. Belum ada rincian informasi soal korban warga sipil dan militan. Militer Israel sebelumnya memperkirakan 15 militan tewas.
Ratusan orang berbaris dalam prosesi pemakaman komandan Jihad Islam Taiseer Al Jabari dan lainnya yang tewas pada Jumat (5/8). Banyak pelayat mengibarkan bendera Palestina dan Jihad Islam, dan menyerukan pembalasan. Al Jabari telah menggantikan pemimpin sebelumnya yang tewas dalam serangan udara tahun 2019, yang juga memicu pertempuran sengit. [em/ah]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.