Disrupsi digital yang terjadi dalam dekade terakhir membuat brand ramai-ramai mengalihkan strategi marketingnya ke ranah online atau digital. Misalnya saja dengan memasang iklan secara digital hingga melakukan endorsment ke akun-akun influencer dan selebritas seperti Raffi Ahmad, Baim Wong, Fuji, Atta Halilintar, dan lainnya. Banyaknya pengikut, enggagement, view, dan like menjadi patokan bagi para brand untuk memakai jasa mereka.
“Sekarang zaman sudah bergeser, brand tidak lagi menilai dari persona artis. Netizen saat ini sudah pintar, mereka berpikir bahwa itu iklan dan tidak real. Dari dulu netizen memang tidak suka iklan, makanya brand sudah tidak mementingkan persona atau brand ambassador. Brand ini sekarang lebih melihat jumlah impression view,” kata Tommy Khoirlin, Pendiri Atomic Advertising saat acara sharing terkait digital marketing yang digelar di Kantor SWA Media Group di kawasan Tanah Abang pada Jumat (19/08/2022).
Tommy menjelaskan dalam paparannya, salah satu cara yang bisa dilakukan content creator, khususnya media, untuk mendapatkan impression view yang baik sehingga berpotensi untuk dilirik oleh brand adalah dengan membangun community management. Komunitas, kata Tommy, perlu dibangun dan dipelihara untuk mendukung konten yang diproduksi oleh content creator sehingga dapat meningkatkan impression view. “Jadi ketika ada konten brand yang masuk, konten itu bisa dilempar ke komunitas agar nantinya bisa di like, share, dan comment oleh mereka,” ujarnya.
Lebih jauh dia menegaskan bahwa media harus mulai membangun komunitas untuk memelihara keberlangsungan konten yang diproduksi oleh media itu sendiri dan terutama konten iklan yang menurutnya jarang mendapatkan respons dari netizen. “Selain itu kan memang likes dan comment juga menentukan apakah konten tersebut bisa disebarkan ke lebih banyak orang. Semakin banyak likes, maka postingan akan lebih banyak tampil di hompage follower kita,” kata Tommy menambahkan.
Viral marketing juga merupakan salah satu strategi yang kini banyak dilirik oleh brand. Lantas bagaimana tips and trick agar konten yang dibuat menjadi viral?
Tommy menjabarkan dalam pembuatan konten video, hal utama yang harus dilakukan adalah membuat orang lain penasaran terlebih dahulu karena media sosial seperti Tiktok, YouTube, dan Instagram akan membuka keran impression lebih besar jika netizen menyimak konten yang disajikan secara tuntas. Dengan begitu, konten yang dibuat berpotensi untuk disebarkan ke lebih banyak orang melalui algoritma yang telah dibentuk.
“Untuk membuat orang penasaran bisa dibuat tulisan dengan ukuran yang kecil atau membuatnya kontroversial, dan kita sebagai content creator harus bisa memprediksi reaksi netizen,” kata Tommy tandas.
Selain membuat penasaran, konten pun harus mengandung tiga hal yakni membuat kesal, lucu, dan sedih. Dia mencontohkan konten yang dibuat oleh startup Kita Bisa yang memfokuskan diri pada konten kesedihan. “Tips lain adalah dengan memanfaatkan momentum yang sedang trend atau viral di social media, ditambah dengan membuat konten yang membuat netizen penasaran,” ujarnya.
Banyaknya generasi milennial dan gen Z yang menenuhi ruang media sosial, membuat content creator juga harus pandai-pandai dalam membuat konten yang menarik. Tommy mencontohkan ketika content creator memutuskan untuk masuk ke TikTok, maka pengemasan konten harus menyenangkan, menggunakan bahasa yang mudah dipahami generasi muda, dan sesuai dengan selera generasi gen z dan milenial.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, konten yang dihasilkan menjadi tidak menarik. “Gen Z lebih suka dengan sesuatu yang menyengkan karena mereka sudah tidak pernah nonton TV maka salah satu hiburan yang mereka tonton adalah Tiktok,” dia menegaskan.
Kemudian, bagaimana dengan monetisasi yang dihasilkan dari media sosial? Dia menuturkan, YouTube masih menjadi platform yang paling banyak memberikan cuan adsense. Sementara Tiktok monetasinya masih berasal dari brand, dan Instagram berasal dari keduanya.
“Instagram memiliki keunggulan, apabila memiliki banyak follower maka view-nya juga besar. Sedangkan Tiktok tidak terpengaruh dengan follower tapi murni berdasarkan konten,” kata Tommy menutup pembicaraan.
Editor : Eva Martha Rahayu
Swa.co.id
Artikel ini bersumber dari swa.co.id.