Konferensi tersebut bertujuan menyediakan platform kolaborasi untuk memfasilitasi pertukaran ide di antara pemangku kepentingan mengenai digitalisasi untuk mendorong transformasi digital Indonesia.
Dalam presentasinya, Alex Xing, Chief Technology Officer, Huawei Indonesia, mengatakan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, Huawei menciptakan terobosan solusi dan produk bagi industri melalui teknologi mutakhir, seperti Single RAN, 5G massive MIMO, MetaAAU dan AirPON.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
“Inovasi tidak kenal kata berhenti. Berbicara mengenai inovasi, hal terpenting adalah bagaimana menunaikan tugas melatih talenta TIK Indonesia. Dalam hal ini, Huawei telah mendirikan ASEAN Academy Indonesia dua tahun yang lalu.”
“Akademi ini memiliki Business Institute yang menyedia pelatihan global mengenai manajemen TIK pada level senior, sedangkan Technical Institute memberikan pengetahuan bagi para manajer profesional. Engineering Institute merupakan bagian dari ASEAN Academy yang menyediakan pemahaman TIK dasar,” ujar Alex.
Alex menambahkan bahwa Huawei telah bekerja sama dengan berbagai kementerian, industri dan akademisi, menargetkan untuk melatih 100 ribu talenta digital hingga 2025. “Saat ini kami telah melatih lebih dari 63 ribu, lebih dari separuh target kami secara keseluruhan.”
Gelaran Huawei Innovation Open Day 2022 dihadiri pula oleh para pemimpin asosiasi industri TIK dan universitas. M. Tri Prasetya, Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) menyatakan bahwa ekosistem membutuhkan kerja sama yang melibatkan semua pemangku kepentingan untuk terus menerus berinovasi dan mencari terobosan yang solutif.
“Inovasi dalam peningkatan perluasan jaringan pelayanan untuk kepentingan publik perlu untuk terus digalakkan” ujar Tri.
Sementara, Teguh Prasetyo, Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) mengatakan bahwa teknologi Internet of Things membutuhkan berbagai kustomisasi agar dapat sepenuhnya menguntungkan industri dan memberikan solusi untuk menjawab kebutuhan relevan bagi pasar.
“Inovasi baru harus melibatkan kolaborasi agar dapat menemukan terobosan untuk menangani berbagai masalah mulai dari logistik, industri keuangan, manufaktur, hingga perawatan kesehatan,” sebut Teguh.
Rudi Rusdiah, Ketua Umum, Asosiasi Big Data dan AI (ABDI), mengatakan bahwa penerapan teknologi Big Data dan AI di Indonesia perlu diperluas pemanfaatannya di berbagai sektor dan industri, pelayanan publik dan pemerintah agar dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta efektivitas.
“Kebutuhan ekosistem di Indonesia terhadap penerapan standar internasional untuk meningkatkan keamanan siber sudah mendesak. Diperlukan mitra-mitra berpengalaman dan bereputasi global dengan beragam best practices yang mampu memperkaya wawasan ekosistem lokal terkait kebutuhan tersebut,” kata Yuliardi Sutedja, Principal CEO dari Indonesian Cyber Security Forum.
Turut hadir pula pimpinan asosiasi industri TIK Indonesia lainnya, antara lain Masyarakat Telematika (Mastel), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Asosiasi Pengusaha TIK Nasional (Aptiknas), Hotel Information and Technology Association Indonesia (HITA), Indonesia Cyber Security Forum, ISACA Indonesia Chapter, Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia, serta akademisi TIK dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Telkom, Universitas Indonesia, Universitas Bina Nusantara, dan Universitas Bunda Mulia.
(MMI)
Artikel ini bersumber dari www.medcom.id.