“Banyak permintaan kan hukum ekonomi biasalah naik-naik dikit,” dengan hembusan nafas dan asap rokok yang menyusul ucapannya.
Kendati berdiam di Jakarta Selatan, Faqih memiliki alasannya sendiri untuk menarik gas roda duanya menuju Cinere. Membantu teman, adalah alasan utamanya untuk membeli hewan kurban di sana.
Sang teman, penjual hewan kurban di Cinere itu juga diakuinya telah memberikan perlakuan yang baik bagi kambing dan sapi di bawah atap terpalnya.
“Jauh dari sampah jauh dari lalu lalang motor, cluster belum jadi gitu. Biar kata jauh kalau temen dagang mah kita bantu, dia juga sedia buat nganter, dia sih ga pakai ongkir,” kali ini diiringi seruput kopi setelah menyentuh bibir gelas.
Pay, penjual hewan kurban di Cinere adalah sang teman yang dimaksud Faqih. Melalui sambungan telepon ia menceritakan, penjualan hewan diakuinya meningkat, namun apabila dibandingkan dengan pandemi justru dianggap menurun. Apalagi dengan hawar pada ternak itu.
Enggan membuat para pembeli yang berniat baik untuk melaksanakan kurban, ia memastikan semua hewannya sehat. Vaksinasi maupun surat keterangan sehat telah didapatkan dari pemerintah dan dokter.
Apalagi sapi yang ia borong dari Bali, persisnya di Gilimanuk. Setiap sapi yang ada telah diberikan vaksin dan surat kesehatan menyertai mereka.
Sementara, untuk kambing merupakan hasil upaya dirinya dan kerabat yang diternak tidak jauh dari lokasi penjualan. Begitu pula dengan penanganan kesehatannya.
Pay memanggil dokter untuk memeriksa dan memastikan kondisi kambing yang dimilikinya sehat dan siap kurban. Setelah semua dipastikan dalam kondisi aman maka bisnis ini berjalan.
Ia menaikan harga kambing dan sapi dalam kisaran 10% untuk mengakomodir pengeluaran yang tidak terduga. Seperti perawatan dan penanganan medis bagi kambing karena tenaga medis yang ia panggil sendiri ke lokasi.
Penjualan kambing telah laku 40 ekor dari 50 ekor yang disiapkan oleh Pay. Sementara 50 ekor sapi yang diboyong dari pulau dewata kini menyisakan enam ekor tengah menikmati pakan di tempat Pay menjual mereka.
“Masyarakat sekarang banyak yang nanya juga soal surat kesehatan, ya saya pastikan aman, saya kasih juga suratnya,” masih dalam lirihnya.
Cerita Aji lain lagi. Aji mengaku sebagai bidang pemasaran dari hewan kurban musiman yang masih menaruh harapan supaya kandang dadakan yang dibuatnya kosong karena diborong masyarakat.
Rupanya harapan itu masih tinggi karena keramaian di kandang itu menandakan kesepian di target penjualan. Padahal tahun lalu target penjualannya masih tidak membuat kantong dan dompetnya ompong.
Satu ekor kambing terjual dari tangannya menjelang Iduladha. Namun serupa dengan Pay, harga kambing maupun sapi yang dijajakan etalase terpal bambu itu memiliki sedikir kenaikan harga dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Naik sedikit dibanding tahun lalu. Lupa gua berapa tapi engga besar. 5% kira-kira,” jawab Aji singkat.
Sebagai pemasar kawakan, Aji khawatir semua pergumulan yang dialami dengan hewan kurban ini karena wabah PMK. Penjualan yang jauh dari target mengantarkannya pada lamunan dan berharap ludes sebelum momen Iduladha selesai.
“Ya khawatir karena mungkin mempengaruhi penjualan,” katanya lagi singkat.
Di sisi lain, Novy C Palit juga telah menjalankan arahan pemerintah untuk penanganan wabah tersebut. Sebagai Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat, langkah medis selayaknya vaksinasi telah digencarkan.
Alhasil, kasus yang ada kini tersisa 15 dengan 11 diantaranya telah menerima vaksinasi. Data ini menunjukkan 73,3% hewan kurban di Jakarta Barat telah tertangani.
“Sejauh ini terkendali,” ucap Novy.
Senada, Kepala Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta, Suharini Eliawati mengerahkan 865 orang tenaga pemeriksa kesehatan hewan yang terdiri dari Petugas Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta; serta Petugas dari Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kota Administrasi dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Bahkan, ada juga tenaga pemeriksa dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB sebanyak 60 orang, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Jakarta sebanyak 84 orang, Petugas Kementerian Pertanian 15 orang, dan Juru Sembelih Halal (JULEHA) sebanyak 60 orang.
Penularan cepat dari penyakit ini jadi motivasi supaya pergerakan juga lebih cepat, sehingga diperlukan langkah-langkah dan tindakan. Harapan Suharini, agar proses pengamanan hewan kurban, sehingga syarat Syar’i bisa berjalan, demikian pula dari sisi kesehatan hewan, kesejahteraan hewan dan keamanan daging kurban pun tetap terjaga.
Maka kewaspadaan dini dan pengendalian PMK juga galak serta penjaminan kesehatan hewan kurban di Provinsi DKI Jakarta sampai dengan tanggal 6 Juli 2022 telah dilaksanakan. Misalnya, pengawasan di tempat penampungan hewan kurban di lima wilayah kota administrasi.
Dari lima wilayah sebanyak 1.263 lokasi dengan jumlah ternak 58.010 ekor. Secara detil terdapat sapi 17.520 ekor, kerbau 243 ekor, kambing 33.667 ekor dan domba 6.580 ekor.
“Persiapan pelaksanaan hewan kurban ini harus kita pikirkan bersama karena merupakan kegiatan besar, mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam,” jawabnya.
Metode pelaporan, penerapan biosecurity di kelompok peternak dan penampungan kurban di lima wilayah kota administrasi sebagai penanganan gejala klinis. Apalagi penyakit ini menyerang sapi, babi, domba, kambing, dan ruminansia berkuku belah lainnya.
“Sehingga jika tidak kita tangani dengan tepat dikhawatirkan akan memperluas penyebaran penyakit PMK khususnya di Provinsi DKI Jakarta,” tuturnya lagi.
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.