“Ada banyak saksi mata pembunuhan itu,” bersama dengan laporan dari “beberapa media lokal dan internasional, organisasi hak asasi manusia, dan PBB bahwa seorang tentara Israel melepaskan tembakan mematikan,” kata mereka.
Militer Israel mempresentasikan temuan itu sebagai bagian dari penyelidikannya sendiri dalam sebuah pernyataan yang kemungkinan akan membuat marah Otoritas Palestina, yang dengan tegas menolak peran Israel dalam penyelidikan dan menolak untuk berbagi peluru dengan otoritas Israel.
Militer mengatakan bahwa sementara peluru itu tetap berada di tangan pejabat AS selama proses berlangsung, peluru itu diperiksa oleh para ahli Israel di laboratorium forensik di Israel.
Letnan Jenderal Aviv Kohavi, kepala staf militer, memerintahkan penyelidikan lanjutan “menggunakan semua cara yang bisa,” kata militer dalam sebuah pernyataan. Dikatakan setiap keputusan apakah akan meluncurkan penyelidikan kriminal hanya akan dibuat setelah penyelidikan operasional selesai.
Otoritas Palestina dan Al Jazeera menuduh pasukan Israel sengaja menargetkan Abu Akleh beberapa jam setelah kematiannya. Al Jazeera meminta masyarakat internasional untuk “mengutuk dan meminta pertanggungjawaban pasukan pendudukan Israel karena sengaja menargetkan dan membunuh rekan kami.”
Rekonstruksi Associated Press tentang pembunuhannya memberikan dukungan kepada saksi mata Palestina, termasuk krunya, bahwa dia dibunuh oleh pasukan Israel. Penyelidikan selanjutnya oleh CNN, The New York Times, dan Washington Post mencapai kesimpulan yang sama.
Abu Akleh, 51, lahir di Yerusalem. Dia mulai bekerja untuk Al Jazeera pada tahun 1997 dan secara teratur melaporkan di depan kamera dari seluruh wilayah Palestina.
Koresponden CBS News Imtiaz Tyab mengenal Abu Akleh secara pribadi dan pernah bekerja dengannya di Yerusalem. Dia memandangnya sebagai rekan kerja yang baik dan murah hati yang selalu berusaha memberikan suara kepada orang-orang yang jarang terdengar.
Kekerasan merusak prosesi pemakaman Abu Akleh pada 13 Mei ketika kerumunan besar berkumpul untuk membawa peti matinya dari kamar mayat rumah sakit ke sebuah gereja di Kota Tua Yerusalem untuk pemakamannya. Klip video menunjukkan polisi antihuru-hara Israel mendorong para pelayat dan menembakkan gas air mata.
Al Jazeera mengatakan Israel telah memperingatkan saudara laki-laki Abu Akleh untuk membatasi prosesi pemakaman, dan mengatakan kepadanya bahwa tidak ada bendera Palestina yang boleh dikibarkan dan tidak ada slogan yang dinyanyikan, tetapi dia menolak permintaan tersebut. (cbs)
Artikel ini bersumber dari www.alinea.id.