Travel  

Lokasi Ngunduh Mantu Kaesang-Erina, Ini 5 Fakta Loji Gandrung Solo

Lokasi Ngunduh Mantu Kaesang-Erina, Ini 5 Fakta Loji Gandrung Solo

korannews.com – Loji Gandrung atau rumah dinas Wali Kota Solo akan digunakan sebagai tempat acara adat ngunduh mantu putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, Loji Gandrung hanya digunakan sebagai titik awal kirab mempelai menuju Pura Mangkunegaran.

“Itu (Loji Gandrung) untuk start saja. Start kirab,” ucap Gibran di Solo, Rabu (30/11/2022), seperti dikutip dari .

Tidak hanya sebagai rumah dinas wali kota, Loji Gandrung juga merupakan ikon Kota Solo. Berikut sejumlah fakta tentang rumah tersebut.

Fakta Loji Gandrung

1. Cagar budaya berusia lebih dari 190 tahun

Loji Gandrung yang kini dijadikan kompleks rumah dinas Wali Kota Solo merupakan cagar budaya yang telah berdiri selama lebih dari 190 tahun, seperti dikutip dari Indonesia.go.id.

Lokasinya ada di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No. 261, Laweyan, Solo.

Bangunan Loji Gandrung memiliki luas 3.500 meter persegi, sementara luas keseluruhan kompleks mencapai 6.295 meter persegi.

2. Awalnya merupakan rumah tinggal

Seperti dikutip dari situs Pemerintah Kota Surakarta, bangunan tersebut pada awalnya adalah rumah tinggal seorang saudagar perkebunan gula dan tuan tanah ternama di Ampel, Boyolali, Johannes Augustinus Dezentje atau akrab disapa Tinus.

Ia adalah anak dari seorang pejabat militer Kolonial Belanda yang tersohor saat itu dan punya hubungan baik dengan Keraton Kasunanan Surakarta.

Rumah tinggal itu dibangunan pada tahun 1830, setelah ia menikah dengan seorang anggota keluarga Keraton Kasunanan Surakarta bernama Raden Ayu Cokrokusumo.

Itu adalah pernikahan keduanya setelah istri pertamanya meninggal pada 1816, sesaat setwlah melahirkan anak pertama mereka.

Bangunan itu kemudian ditetapkan sebagai cagar budaya pada 3 Mei 2013.

Setelahnya, pemerintah pun mulai menyiapkan bangunan wisma dua lantai di belakang Loji Gandrung sebagai rumah dinas baru wali kota, yang mulai ditempati Agustus 2020.

Rumah tinggal Tinus kala itu lebih mirip benteng lantaran dikelilingi tembok tinggi dan pos penjagaan, seperti dikutip Kompas.com.

Agar terlihat berbeda dari benteng, Tinus meletakkan banyak tanaman hijau dan menghiasi teras rumahnya dengan gamelan.

Kemudian, ia sering mengundang kenalannya untuk berpesta di rumah. Hal itulah yang membuat masyarakat setempatnya menyebut kegiatan itu sebagai “gandrungan”.

“Gandrungan” dalam Bahasa Jawa artinya tergila-gila atau menyukai.

Seiring berjalannya waktu, rumah itu kemudian dikenal sebagai Loji Gandrung. Adapun “loji” berasal dari Bahasa Belanja, Loge, yang artinya rumah besar, bagus, dan berdinding tembok.

4. Mengusung perpaduan arsitektur Eropa-Jawa

Bangunan Loji Gandrung tampak menonjol dan kuat akan sentuhan klasik.

Dikutip dari situs Badan Otorita Borobudur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, atapnya berbentuk sirap kayu dan menutup hingga keseluruhan bangunan, kemudian membentuk mirip segi lima.

Bagian atas bangunan yang sudah eksis sejak masa pemerintahan Belanda ini berupa menara berbentuk semu dengan kaca patri yang menunjukkan kemegahan Kota Surakarta.

Dikutip dari Indonesia.go.id, arsitektur bangunan ini memadukan budaya Eropa dan Jawa, sehingga menghasilkan gaya indis.

Sentuhan budaya Jawa terlihat dari atap sirap kayu dan bagian puncaknya.

5. Ada ruang Soekarno

Loji Gandrung menyimpan sejarah panjang dan merupakan titik kumpul penting.

Misalnya, ketika Jepang menduduki Surakarta, tempat ini dijadikan markas pusat pimpinan pasukan.

Jenderal Gatot Subroto pun dikatakan pernah menggunakan Loji Gandrung sebagai tempat untuk menyusun strategi militer menghadapi Agresi Militer II Belanda bersama sekutu pada 1948-1949.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno juga pernah mengunjungi dan menginap di Loji Gandrung.

Salah satu kamar di sana bahkan dikenal sebagai Ruanh Soekarno karena pernah beberapa kali digunakannya untuk beristirahat ketika berkunjung ke Solo.

Hingga saat ini, furnitunya masih dipertahankan, sehingga pengunjung bisa melihat seperangkat piano di kamar Soekarno, serta benda-benda antik lain yang tersebar di berbagai ruangan.

Exit mobile version