Travel  

Cheung Chau, pilihan wisata alam di Hong Kong untuk melepas penat

Cheung Chau, pilihan wisata alam di Hong Kong untuk melepas penat

korannews.com – Hong Kong tak hanya menawarkan wisata kota termasuk lokasi belanja berbagai produk label ternama, tetapi juga pemandangan alam berupa pantai serta deretan batu granit yang disusun seperti Mini Tembok Besar atau Mini Great WalldiCheung Chau.

Pemandu tur Hong Kong,Carolus Chui, mengatakan CheungChaumenjadi pulau pilihan pertama wisata orang-orang dari kota dan umumnya mereka berkunjung pada Sabtu dan Minggu, atau saat libur bekerja.

Bagi mereka yang menginginkan ketenangan, hari Senin hingga Jumat merupakan pilihan terbaik. Namun, pada saat itu sebagian toko di Cheung Chau tutup karena waktu buka toko kebanyakan di hari Sabtu dan Minggu, saat kunjungan wisatawan ramai.

Untuk sampai ke Cheung Chau, para pelancong dapat menggunakan feri dari Central Pier pintu lima yang dapat diakses dari Mass Transit Railway (MTR) Hong Kong Station.

Tersedia dua jenis feri yakni cepat dan biasa dengan perbedaan waktu perjalanan sekitar 15 menit. Perjalanan menggunakan feri cepat akan memakan waktu 30 menit, sementara feri biasa sekitar 45 menit.

Tiket feri berbeda-beda berdasarkan hari kedatangan, usia dan jenis kapal. Feri biasa pada hari Senin hingga Sabtu dibanderol 13,40 Hong Kong Dollar (HKD) untuk dewasa dan 6,70 HKD bagi lansia, anak berusia tiga hingga 12 tahun dan penyandang disabilitas.

Pada Minggu dan hari libur biaya yang dikenakan yakni 20 HKD untuk dewasa dan 10 HKD bagi lansia, anak-anak dan difabel.

Sementara tiket feri cepat dibanderol 26,20 HKD untuk dewasa dan 13,10 HKD bagi lansia, anak-anak dan penyandang disabilitas. Pada Minggu dan hari libur, biaya feri menjadi 38 HKD bagi dewasa pada 19 HKD untuk lansia, anak-anak dan difabel.

Hal-hal yang dapat dinikmati

Cheung Chau yang dapat diartikan sebagai peninsula panjang memiliki luasan sekitar tiga kilometer persegi. Bila dilihat dari peta, pulau ini tampak seperti bentuk gambar anjing.

Di sini tersedia wisata pantai dan lokasi melancong lain yang dapat ditempuh berjalan kaki dari dermaga pelabuhan. Ada dua rute yang disarankan yakni Island Central Route yang membutuhkan waktu tempuh satu jam dan Central & Southern Route dengan waktu tempuh sekitar 150 menit.

Pantai berpasir di Cheung Chau yakni Tung Wan Beach dan Kwun Yam Beach memiliki air cenderung jernih berwarna biru kehijauan, berjarak beberapa meter dari dermaga.

Pelancong dapat berenang di pantai-pantai ini. Apabila diperhatikan seksama, di beberapa titik ada semacam bola-bola berwarna oranye dengan jaring di bawahnya. Ini berfungsi untuk menjaga wisatawan tak berenang terlalu jauh. Menurut Carolus, jaring ini pada masa lalu berfungsi menahan ikan hiu yang datang dari Laut China Selatan.

Tak jauh dari pantai, ada trek hiking beberapa puluh meter hingga menuju Mini Tembok Besar Mini. Nama Tembok Besar Mini disematkan karena deretan batu granit yang tersusun tampak seperti Tembok Besar China.

Mini Tembok Besar terletak di bagian belakang Pantai Kwun Yam dan di Tanjung Chi Ma Hang yang berada di sebelah tenggara Cheung Chau. Panjang total rute jalan kaki untuk menjelajahi lokasi ini sekitar 850 meter dengan waktu tempuh sekitar 20 menit dari pintu masuk.

Selain pantai, ada kuil seperti Pak Tai Temple yang dapat ditempuh sekitar lima menit berjalan kaki dari Cheung Chau Ferry Pier. Pak Tai Temple didirikan pada abad ke-18 oleh nelayan setempat untuk menghormati Dewa Laut menurut kepercayaan Tao.

Di sinilah lokasi gelaran Festival Cheung Chau Jiao atau dikenal sebagai Cheung Chau Bun Festival pada setiap April atau Mei, yang menyesuaikan kalender China.

Cheung Chau Bun Festival biasanya menarik puluhan ribu wisatawan lokal dan luar negeri setiap tahun. Festival ini dipentaskan untuk menandai hari kedelapan bulan keempat dalam kalender China (biasanya pada awal Mei), bertepatan dengan perayaan kelahiran Buddha.

Salah satu kegiatan yang populer selama festival yakni memanjat menara bakpao terbuat dari baja oleh orang-orang terlatih dan terpilih.

“Cheung Chau lebih ramai penduduknya. Banyak kuil sebagai tempat beribadah. Setiap tahun ada beberapa festival salah satunya festival Bakpao. (Orang-orang tertentu saat festival itu) memanjat gunungan bakpao, yang paling banyak (dapat bakpao) rezeki paling banyak,” kata Carolus.

Berbicara waktu terbaik mengunjungi Cheung Chau, maka ini tergantung tujuan wisatawan. Mereka yang ingin ketenangan maka hari Senin hingga Jumat merupakan pilihan paling direkomendasikan pemandu.

Sementara bagi yang ingin menjajal seluruh toko di pulau dan menyukai keramaian bersama para wisatawan lain, maka Sabtu dan Minggu adalah waktu terbaik.

Khusus bagi mereka yang mengunjungi Cheung Chau pada bulan Februari ini, sebaiknya membawa pakaian hangat karena saat itu masih musim dingin dengan suhu rata-rata 12 derajat Celcius hingga 20 derajat Celcius. Pada pagi hari misalnya, suhu bisa mencapai 17 derajat Celcius atau malah 12 derajat Celcius. Pada Rabu (16/2), misalnya, suhu pada siang hari mencapai 17-19 derajat Celcius dengan kondisi berangin dan matahari bersinar.

Carolus menuturkan, kebanyakan wisatawan datang tanpa menginap di pulau alias pulang dan pergi di hari yang sama. Sementara bagi yang ingin menginap, tersedia hotel dan vila yang dapat menjadi pilihan.

Terkait kuliner, restoran di Cheung Chau menawarkan berbagai hidangan boga bahari dan bakpao hoki dengan isian manis yang dijual di satu toko roti berusia lebih dari 30 tahun. Saat ini, toko itu dikelola Martin Kwok, yang merupakan generasi kedua penerus bisnis keluarga.

Bakpao putih yang dijual memiliki cap merah karakter Mandarin “Ping On” di atasnya yang bisa diartikan keamanan. Konon, pes pernah mewabah di Cheung Chau lebih dari seabad silam pada zaman dinasti Qing (1644-1911). Untuk meredakan amarah para dewa dan arwah, maka dibuatlah bakpao sebagai persembahan.

Bagi pelancong yang ingin berbelanja oleh-oleh dari Cheung Chau, souvenir berupa magnet, gelang hingga gantungan kunci berlogo bakpao mungkin dapat menjadi pilihan. Camilan boga bahari yang dikeringkan juga bisa menjadi pertimbangan.

Hong Kong kini sudah kembali terbuka bagi wisatawan mancanegara termasuk Indonesia dan wilayah administratif khusus Tiongkok itu bisa dimasuki tanpa pembatasan COVID-19.

Secara umum, setidaknya ada dua hal yang perlu wisatawan siapkan sebelum mengunjungi Hong Kong saat pandemi seperti saat ini, yakni hasil tes antigen cepat (dengan hasil negatif) dalam waktu 24 jam sebelum waktu keberangkatan pesawat yang dijadwalkan.

Hal kedua, yakni asuransi asuransi perjalanan yang mencakup perlindungan COVID-19. Sementara itu, tidak ada persyaratan vaksinasi yang diperlukan. class=”figure-image” id=”fgimage_10″>

Wistawan melihat koleksi suvenir di Cheung Chau, Hong Kong pada 16 Februari 2023. (ANTARA/Lia Wanadriani Santosa)

error: Content is protected !!