korannews.com – Wisata indoor atau dalam ruangan menjadi pilihan tepat untuk berlibur di musim hujan. Jadi, meskipun Indonesia tengah memasuki musim hujan, wisatawan bisa tetap berlibur dengan nyaman.
Hampir setiap kota di Indonesia memiliki tempat wisata indoor, termasuk Yogyakarta. Kota Gudeg ini memiliki sejumlah tempat wisata indoor yang bisa dikunjungi saat musim hujan.
Wisata indoor di Yogyakarta berupa museum, tempat edukasi, pertunjukkan dalam ruangan, dan sebagainya.
Wisata indoor Yogyakarta
Kompas.com telah merangkum wisata indoor di Yogyakarta yang bisa dikunjungi saat musim hujan sebagai berikut.
1. Taman Pintar
Taman Pintar merupakan wisata edukasi bagi para pelajar. Mengutip situs Taman Pintar Yogyakarta, disebut Taman Pintar karena para siswa dapat leluasa memperdalam materi-materi pelajaran sekaligus berwisata.
Mayoritas wahana edukasi di Taman Pintar berada di dalam ruangan, sehingga pengunjung tetap aman dari guyuran hujan.
Sejumlah zona yang dapat dikunjungi mulai dari zona pengolahan sampah, wahana bahari, science theater, playground, zona perpustakaan, kampung kerajinan, gedung PAUD, planetarium, gedung kotak, dan gedung oval.
Lokasi Taman Pintar cukup strategis karena dekat dengan tempat wisata lainnya, yakni Jalan Malioboro, Titik Nol Kilometer Yogyakarta, dan Benteng Vredeburg. Tepatnya berada di Jalan Panembahan Senopati Nomor 1-3, Yogyakarta.
2. Ullen Sentalu Museum
Museum ini berisi koleksi benda peninggalan Kerajaan Mataram Islam. Selain menampilkan kebudayaan masa Kerajaan Mataram Islam, Museum Ullen Sentalu juga menampilkan kehidupan para bangsawan di masa Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman.
Mengutip Kompas.com (4/5/2022), nama Ullen Sentalu diambil dari falsafah bahasa Jawa, yakni ulateng blencong sejatine tataraning lumaku. Falsafah tersebut berasal dari lampu minyak, yang memberikan penerangan saat pertunjukan wayang kulit (blencong)
Sejumlah koleksi yang dipamerkan pada museum ini antara lain gamelan, lukisan, arca, batik, dan sebagainya. Semua koleksi berada di dalam ruangan, sehingga pengunjung bisa menikmati pameran di Ullen Sentalu Museum tanpa khawatir kehujanan.
Lokasinya berada di Jalan Boyong, Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
3. Museum Dirgantara Yogyakarta
Jika ingin berlibur sekaligus mengedukasi anak-anak, maka wisatawan bisa berkunjung ke Museum Dirgantara Yogyakarta.
Mengutip laman Visiting Jogja Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, museum ini memiliki nama lengkap Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala (Muspusdirla), namun lebih dikenal dengan nama Museum Dirgantara Yogyakarta atau Museum Pesawat Terbang.
Menempati area seluas 12.000 meter persegi, museum ini memamerkan 61 koleksi pesawat terbang.
Koleksi pesawat terbang tersebut, dulu pernah ikut menjaga wilayah udara Indonesia. Selain koleksi pesawat terbang, pengunjung juga bisa melihat koleksi pakaian peninggalan pahlawan nasional dari TNI Angkatan Udara, serta diorama pembentukan dan peran TNI Angkatan Udara.
Lokasinya berada di komplek Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta.
4. Museum Gunung Merapi
Museum Gunung Merapi bertujuan untuk memberikan informasi seputar gunung api, khususnya Gunung Merapi.
Mengutip dari laman resminya, wisatawan bisa mengamati berbagai tipe gunung api di dunia, beserta letusannya. Selain itu, pengunjung bisa melihat artefak dari letusan Merapi 2006, berupa bangkai sepeda motor, alat-alat rumah tangga, serta foto-foto erupsi Gunung Merapi pada 2010.
Adapula foto-foto erupsi gunung api di luar negeri, seperti Chili, Italia, Hawai, AS, dan sebagainya.
Museum yang diresmikan pada 2009 lalu ini berada di Jalan Kaliurang Km. 22, Banteng, Hargobinangun, Pakem, Sleman.
5. Monumen Yogya Kembali
Monumen Yogya Kembali atau Monjali didirikan untuk memperingati peristiwa kembalinya Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia, setelah sempat direbut oleh penjajah Belanda pada 1949 silam.
Mengutip laman resminya, ciri khas Monjali adalah bangunannya yang berbentuk menyerupai tumpeng.
Bangunan Monjali terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 berisi 4 ruang museum, lantai 2 berisi 10 diorama dan 40 relief, serta lantai 3 bernama Ruang Garba Graha.
Museum ini memiliki koleksi berjumlah 1.108, terdiri dari heraldika, miniatur, replika, kendaraan, senjata api, senjata tradisional, dan foto dokumentasi.
Kemudian, alat perhubungan angkatan darat, alat kesehatan, inventaris, patung peraga, arsip, daftar nama pahlawan, relief, diorama, dan evokatif.
Lokasi Monjali berada di Jalan Ring Road Utara, Jongkang, Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
6. Upside Down
Tempat wisata ini menawarkan konsep unik, yaitu menghadirkan ruangan terbalik.
Mengutip Kompas.com (13/9/2016), pengunjung akan mendapati perabotan yang ditempel di dinding dan atap bangunan. Sebut saja, tempat tidur, sofa, meja makan, dan sebagainya yang tertempel pada langit-langit.
Semua barang yang digunakan di tempat ini adalah asli. Meskipun demikian, pengunjung tidak perlu khawatir mengenai keamanan, karena barang-barang tersebut direkatkan dengan kuat.
Penataan barang yang sedemikian rupa menghasilkan foto pengunjung seolah-olah terlihat terbalik melawan gravitasi saat berada di dalam ruangan.
Lokasinya berada di Jalan Ring Road Utara 18, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta.
7. Chocolate Monggo Museum
Tidak hanya berkaitan dengan sejarah, Yogyakarta juga memiliki museum kuliner, salah satunya Chocolate Monggo Museum
Para orangtua bisa mengajak anak-anak mereka untuk wisata sekaligus edukasi kuliner di Chocolate Monggo Museum.
Berdasarkan informasi dari situs Visiting Jogja Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, obyek wisata ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar tentang sejarah coklat nusantara.
Selain itu, anak-anak bisa melihat proses pembuatan biji coklat hingga menjadi coklat siap makan.
Serunya lagi, anak-anak juga bisa belajar bikin coklat dan membawa pulang olahan coklat hasil karyanya. Lokasi Chocolate Monggo Museum. berada di Jalan Tugu Gentong RT03, Sribitan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
8. Keraton Yogyakarta
Tak lengkap rasanya jika berwisata ke Yogyakarta tanpa mengunjungi Keraton Yogyakarta. Sebagian area keraton berada dalam ruangan, sehingga masih bisa dikunjungi meskipun musim hujan.
Keraton Yogyakarta menyimpan banyak saksi sejarah perkembangan budaya Jawa dan Indonesia, sehingga anak-anak dapat berwisata edukasi.
Mengutip Kompas.com, (3/7/2021), keraton ini didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada 1755, setelah Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua.
Kompleks Keraton Yogyakarta dibagi dalam tiga halaman yang membujur dari arah utara ke selatan. Wisatawan bisa melihat berbagai peninggalan keraton Yogyakarta, seperti benda pusaka, kereta kuda kerajaan, potret, dan lainnya.
Selama kunjungan, wisatawan akan ditemani oleh pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah Keraton Yogyakarta.
9. Benteng Vredeburg
Jika melintasi Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta wisatawan akan menemui bangunan peninggalan kolonial, yaitu Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg merupakan salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu peristiwa-peristiwa bersejarah Indonesia yang terjadi di Yogyakarta
Mengutip situs Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dulunya pihak Belanda mengusulkan kepada sultan agar diizinkan membangun sebuah benteng di dekat keraton.
Dalihnya, agar Beanda dapat menjaga keamanan keraton dan sektarnya. Akan tetapi, tujuan asli pihak Belanda adalah mengontrol segala perkembangan yang terjadi di dalam keraton.
Benteng Vredeburg memiliki koleksi berupa minirama Kongres Boedi Oetomo, diorama pelantikan Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, mesin ketik Surjopranoto, kendil yang digunakan oleh Soedirman, Dokumen Soetomo, dan bangku militer akademi
Sementara di dalamnya terdapat beberapa bangunan penting, seperti rumah perwira, rumah residen, asrama prajurit, gudang senjata, gudang logistik, hingga rumah sakit.
10. Sendratari Ramayana
Sendratari Ramayana adalah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog.
Mengutip dari situs Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, pertunjukkan yang digelar di dekat Candi Prambanan tersebut mengangkat cerita Ramayana.
Cerita Ramayana tersebut berdasarkan epos Hindu, yang diadaptasi dengan budaya Jawa sehingga membuat Sendratari Ramayana menjadi tarian unik.
Lebih dari 200 penari profesional dan musisi lokal berpartisipasi dalam Sendratari Ramayana. Pada musim kemarau, Sendratari Ramayana dipentaskan pada panggung terbuka dengan Candi Prambanan sebagai latar belakang.
Namun, pada musim hujan pertunjukkan Sendratari Ramayana Prambanan diadakan di panggung tertutup atau Trimurti Stage.