Sejarah Penemuan CCTV yang Jadi Andalan Untuk Pantau Mudik Lebaran

Sejarah Penemuan CCTV yang Jadi Andalan Untuk Pantau Mudik Lebaran

korannews.com – Kamera closed circuit television ( CCTV ) kerap kali digunakan untuk mengawasi atau memonitor sebuah keadaan atau kejadian.

Tidak hanya di pasang di sudut ruangan saja, CCTV juga dipasang di setiap sudut jalan, di lampu rambu-rambu lalu lintas , hingga dipasang di bagian depan mobil (dashcam) untuk merekam seluruh kejadiaan berkendara.

Kini, CCTV juga menjadi salah satu perangkat yang penting untuk memantau arus mudik dan arus balik selama Lebaran 2023 dan tahun-tahun sebelumnya.

CCTV ini bisa diakses publik secara real-time. Sehingga, para pemudik bisa memantau kamera CCTV yang terpasang di sejumlah titik pada ruas jalan tertentu, melalui smartphone atau tablet saat di perjalanan.

Jika ada beberapa ruas jalan yang dianggap macet, pemudik dapat memilih rute lain yang mungkin lebih sepi atau lebih lancar.

Mengingat fungsinya yang saat ini cukup penting, bagaimana awal mula ditemukannya kamera CCTV, serta bagaimana perkembangannya?

Awal penemuan CCTV

Kamera CCTV pertama kali ditemukan oleh Walter Bruch pada tahun 1942 di Jerman. Kamera tersebut pertama kali digunakan untuk memantau roket jenis V-2 di masa perang.

Kemudian, tujuh tahun setelahnya, tepatnya 1949, CCTV mulai dikomersialkan dan tersedia untuk publik. Masyarakat bisa membeli kamera CCTV untuk keperluan tertentu.

Setelah mulai dikenal publik, perangkat pemantau kejadian langsung ini pun dengan cepat diminati oleh pasaran. Kontraktor dari pihak pemerintah dilaporkan mulai mengadopsi teknologi kamera CCTV untuk meningkatkan kontrol keamanan.

Bisnis dari kamera CCTV ini pun meluas dari Jerman hingga ke negara Inggris pada 1960. Hanya saja, penggunaan CCTV belum semasif zaman sekarang dan fitur yang ditawarkan juga masih terbatas.

Dulu, kamera CCTV hanya digunakan untuk memantau kejadian secara langsung dan rekaman tersebut dialirkan ke monitor. Rekaman kejadian tersebut ditujukan untuk memonitor kejadiaan saat itu saja, dan hasil rekaman yang dimunculkan belum dapat disimpan seperti sekarang.

Beberapa waktu setelahnya, para engineer mulai memperkenalkan sistem perekaman baru yang dinamai reel-to-reel. Sistem itu memungkinkan CCTV melakukan perekaman kejadian, tetapi masih harus dikontrol oleh operator secara manual.

Jadi, saat melakukan perekaman, operator haus memasukkan kaset (tape) ke alat perekam dan siap melakukan pergantian ke kaset yang baru apabila kaset yang lama sudah penuh.

Namun, sistem tersebut dinilai merepotkan dan ketinggalan zaman sejak kemunculan perangkat VCR (Voice Cockpit Recorder) pada 1970-an. VCR kala itu lebih diminati masyakarat karena punya banderol harga yang murah, mudah diakses dan digunakan.

Nilai jual dari VCR saat itu adalah dapat merekam kejadian secara otomatis tanpa harus dipantau/dikontrol operator. Rekaman juga bisa dilihat ulang oleh pengguna, apabila diperlukan.

Kendati begitu, VCR punya kekurangannya sendiri. VCR mempunyai kapasitas penyimpanan yang terbatas dan masih harus diganti secara berkala oleh operator atau pengguna CCTV.

Ditambah, bila pengguna ingin merekam kejadian di CCTV untuk jangka waktu lama, jumlah pita dalam kaset harus berjumlah sangat besar. Jika tidak, rekaman tidak dapat tersimpan dengan maksimal.

Pengguna CCTV juga harus merekam ulang kaset yang lama ke kaset yang baru untuk mengabadikan rekaman. Sebab, lama kelamaan rekaman di kaset sebelumnya bisa rusak.

Perkembangan CCTV

Dua dekade setelahnya, muncul solusi baru yang bernama multiplexer pada tahun 1990-an. Teknologi multiplexer memungkinkan perangkat menangkap beberapa sinyal dari beberapa CCTV sekalius untuk dikompilasi ke dalam satu monitor.

Sebagai gambaran, satu layar monitor dimungkinkan untuk menampilkan beberapa rekaman CCTV dari berbagai sudut pandang sekaligus. Misal, dari arah depan, samping, kanan, kiri, dan sebagainya.

Atau contoh lainnya, multiplexer bisa menampilkan rekaman dari beberapa titik lokasi di suatu tempat. Jadi, operator bisa langsung memantau kejadian dari sudut pandang yang beragam, seperti pintu masuk, pintu parkir, tangga darurat, dan sebagainya.

Konsep ini dianggap ideal bagi perusahaan yang ingin meningkatkan keamanannya di beberapa area. Fitur ini juga akrab ditemui di sejumlah kantor, pabrik, dan sebagainya. Beberapa CCTV dipasang di beberapa titik masuk atau area penting lainnya.

Walau teknologi multiplexer sudah mulai diadopsi sejumlah pihak, beberapa dari mereka masih mengandalkan VCR untuk menyimpan rekaman. Keuntungannya adalah penyimpanan secara fisik menggunakan VCR menjadi lebih hemat.

Karena satu monitor sudah dapat menangkap sinyal dari beberapa kamera sekaligus, operator kamera CCTV bisa langsung menyimpan rekaman dalam satu VCR untuk beberapa CCTV secara bersamaan.

Munculnya CCTV digital

Tahun 1990-an hingga 2000 menjadi era pertumbuhan teknologi digital yang begitu pesat. Sejumlah perangkat baru, seperti smartphone, jaringan Wi-Fi mulai diperkenalkan dan dikomersialkan.

Sejak kemunculan teknologi digital, kamera CCTV pun juga turut mengalami perubahan yang signifikan dibanding sebelumnya. Jika sebelumnya penyimpanan CCTV menggunakan VCR, kini rekaman tersebut mulai beralih ke DVR (Digital Video Recorder).

Dengan DVR, proses perekaman kamera CCTV menjadi naik level karena kapasitas penyimpanan, kecepatan, hingga kualitas gambarnya mengalami peningkatan, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Clear Way, Minggu (23/4/2023).

Dengan menggabungkan teknologi multiplexer dan penyimpanan rekaman DVR, proses pemasangan dan pengelolaan kamera CCTV juga menjadi lebih mudah. Hasil rekaman bukan lagi disimpan secara fisik, melainkan digital. Keamanan rekaman CCTV pun lebih terjaga sekaligus mudah diakses.

Hanya saja, teknologi yang lebih canggih, memiliki konsekuensi harga yang lebih mahal.

Teknologi paling baru, CCTV zaman sekarang sudah menerapkan sistem yang lebih modern, yakni NVR (Network Video Recorder). NVR merupakan teknologi yang menggabungkan pemrosesan video dan pengkodean langsung di dalam kamera itu sendiri.

Kata “network” di atas mengindikasikan bahwa kamera CCTV yang dipasang di jalanan atau tempat tertentu dapat diakses secara jarak jauh. Misalnya, pengguna yang sedang dan berada di luar kota, bisa memantau rumahnya dari jarak jauh melalui kamera CCTV.

Setiap kamera dapat mengalirkan sinyal secara langsung ke perangkat jarak jauh secara bersamaan. Kemampuan ini lah yang bisa dimanfaatkan para pemudik untuk memantau jalanan lalu lintas secara jarak jauh melalui CCTV.

Nah, bagi Anda yang tertarik untuk memantau kemacetan lalu lintas saat arus mudik atau arus balik di Lebaran 2023, bisa mengakses tautan . Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

error: Content is protected !!