Menurut data yang didapatkan oleh McKinsey, Metaverse sudah berhasil mengumpulkan sekitar Rp1.787 triliun pada awal 2022.
Di awal 2022, demam Metaverse dan NFT mulai merambah ke seluruh dunia. Namun, selama beberapa bulan terakhir ini, berita terkait Metaverse terlihat mulai melandai, bahkan sudah sangat jarang terdengar.
Namun, di balik ketenangan ini, ternyata berbagai perusahaan besar masih sangat tertarik untuk berinvestasi di tekngologi satu ini. Dan dalam sebuah laporan yang dirilis oleh McKinsey melalui Digital Nation (6/7), terlihat bahwa ada suntikan dana yang sangat mengesankan.
Pada sebuah laporan yang bernama Value Creation in the metaverse, McKinsey menyoroti bahwa Metaverse sudah menerima suntikan dana lebih dari US$120 miliar atau sekitar Rp1.797,018 triliun.
Jumlah ini meningkat secara drastis, bahkan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Di periode yang sama pada 2021, jumlah investasi Metaverse dikabarkan hanya sebesar USD57 miliar atau sekitar Rp853,583 triliun.
Laporan ini menunjukkan bahwa Metaverse digemari oleh perusahaan dan Venture Capital (VC) besar. McKinsey menyebut ada tiga kategori yang mengucurkan dana besar, termasuk perusahaan teknologi besar, VC, serta perusahaan dan merek besar.
Contoh perusahaan teknologi besar diantaranya seperti Meta, Microsoft, NVIDIA, Apple, dan Google. Sedangkan nama-nama seperti Paradigm, OpenSea, Coature, Yuga Labs mendapatkan dukungan dari VC besar.
Sementara untuk perusahaan dan merek kenamaan, beberapa nama seperti Disney, LEGO, Balenciaga, dan beberapa perusahaan lainnya menjadi pendukung pengembangan dan pendanaan untuk Metaverse.
Laporan McKinsey tersebut juga mengungkapkan mengapa nama-nama tersebut mengembangkan sektor Metaverse. Ternyata, ada beberapa alasan besar di balik pengembangan dan pendanaan besar-besaran untuk teknologi ini.
Pertama, dengan kemajuan teknologi yang sedang berlangsung, sementara tantangan teknis yang signifikan tetap ada, para pemimpin telah melihat blockchain memicu ekonomi pencipta yang terdesentralisasi dan muncul sebagai teknologi saat ini yang paling menjanjikan untuk mencapai janji metaverse masa depan untuk interoperabilitas antar dunia.
Kemajuan lainnya termasuk peningkatan ketersediaan mesin back-end, teknologi komputer yang mendukung Metaverse, munculnya 5G, perangkat yang menggabungkan dunia fisik dan virtual, dan pengembangan perangkat lunak canggih.
Faktor lain peningkatan investasi adalah meningkatnya kesiapan pemangku kepentingan. Karena gim memiliki keunggulan utama, kasus penggunaan tambahan muncul dengan cepat, termasuk pengalaman media sosial baru yang didukung AR/VR, ritel imersif, hiburan, olahraga, dan pendidikan.
Ken Wee, chief strategy officer di Activision Blizzard mengatakan kepada McKinsey, “gim sudah sangat sosial dan Anda memiliki inovasi fitur sosial yang berkelanjutan. Tetapi saat Anda mencoba menarik orang-orang yang tidak mengidentifikasi diri sebagai gamer, serangkaian mekanisme keterlibatan sosial yang lebih luas akan diperlukan untuk meyakinkan mereka agar menghabiskan lebih banyak waktu di metaverse.”
Perusahaan juga sudah melakukan eksperimen dengan metaverse. Contohnya Gucci telah menciptakan sejumlah NFT, Nike memiliki Nikeland di Roblox, dan perusahaan makanan cepat saji Wendy’s telah mengadakan acara di Fortnite dan hadir di Horizon Worlds.
McKinsey mencatat lima aktivitas harian yang akan terjadi di metaverse untuk jangka panjang, yakni bermain game, bersosialisasi, kebugaran, perdagangan, dan pembelajaran jarak jauh.
“Kasus penggunaan di luar game tidak hanya di masa depan, mereka sudah muncul,” kata pendiri dan CEO XR Safety Initiative Kavya Pearlman kepada McKinsey.
“Menurut PBB, 1,6 miliar anak pindah ke pembelajaran online dengan pandemi, jadi ini adalah area yang siap untuk disrupsi di mana banyak orang mencari alternatif. Kami juga melihat banyak eksperimen dalam bidang medis, seperti menggunakan HoloLens untuk operasi yang dibantu,” lanjutnya.
Metaverse juga akan memungkinkan peningkatan bertahap di ruang perusahaan, meningkatkan solusi saat ini, dan menciptakan produk yang sama sekali baru. Beberapa kategori ini termasuk kolaborasi jarak jauh yang ditingkatkan, pembelajaran dan pengembangan yang dirancang ulang, dan kembar digital.
Penulis laporan tersebut mengatakan, “Metaverse berada pada titik ini dalam evolusinya karena berbagai faktor mulai dari ukuran peluang hingga pendorong pertumbuhan yang diharapkan dan jumlah yang diinvestasikan.”
“Kami percaya minat yang kuat dari tahun lalu memicu eksperimen perusahaan dramatis yang telah meletakkan dasar bagi evolusi metaverse dan kemungkinan akan mempertahankan momentum di masa mendatang,” pungkasnya.
Artikel ini bersumber dari www.tek.id.