Telset.id, Jakarta – Manusia akan masuk ke dunia virtual lewat teknologi Virtual Reality. Peryanyaannya, apakah VR berbahaya untuk mata? Apakah teknologi virtual reality membawa dampak negatif? Mungkin, pertanyaan-pertanyaan itu tertancap di benak Anda.
Apakah VR berbahaya untuk mata atau tidak memang sudah beberapa kali dijelaskan oleh pakar. Namun, supaya Anda lebih yakin, sebaiknya simak uraian berikut ini.
Seorang ahli kacamata senior dari Bupa Optical Australia, Karen Makin, menyatakan sudah ada bukti mengenai keterkaitan antara headset VR dengan permasalahan mata.
Memang, ia mengemukakan, masih butuh riset mendalam untuk mencari tahu secara pasti tentang dampak jangka panjang terkait penggunaan perangkat VR oleh manusia.
BACA JUGA:
Masalah dengan headset VR berhubungan dengan syaraf mata tegang dan kering. Sejumlah ahli kesehatan mata menyebutnya sebagai refleks akomodasi-konvergensi.
Di dunia nyata, mata kita berkonvergensi dan fokus kepada poin yang sama. Lain hal, di dunia virtual, mata akan fokus kepada layar yang sebenarnya cukup jauh dari mata.
“Jika Anda melihat layar komputer, smartphone, atau tablet, mata terkonvergensi sehingga bertemu di jarak sesungguhnya. Fokus mata di jarak itu baik dan setara,” ucapnya.
Berbeda, menurut Makin, di VR layar hanya sebagai jarak pendek. Sejauh ini, dampak menggunakan headset yang langsung terlihat adalah pengguna pusing dan ingin muntah.
Karenanya, produsen headset VR merekomendasikan agar pengguna tidak berlama-lama memakai dan beristirahat setiap 15 menit serta wajib sudah berusia di atas 12 tahun.
Motion Sickness
Ahli otoneurologi di Division of Vestibulan Disorder at Mass Eye and Ear, Adrian Priestol, menyebut bahwa orang-orang terdampak VR karena sesuatu bernama motion sickness.
Setiap orang punya tingkat kepekaan berbeda terhadap VR. Namun, biasanya, informasi gerakan mata seseorang tidak ada kesesuaian dengan informasi dari indera yang lain.
Disorientasi itu bisa membuat Anda merasa mual dan tidak stabil di bagian kaki. Kendati demikian, pengembangan VR modern menjadikan motion sickness bukanlah masalah.
Headset VR modern dan komputer menawarkan visual latensi sangat rendah. Biasanya kurang dari 20 milidetik dari tempat Anda bergerak ke mata Anda melihat gerakan di VR.
Pada 2020, seorang pengembang bernama Dani Bittman memposting cerita di Twitter, mengklaim bahwa penggunaan VR secara berlebihan bisa berbahaya dan merusak mata.
BBC lantas mewawancarai perwakilan dari Association of Optometrists, yang menegaskan bahwa belum ada bukti bahwa headset VR memicu kerusakan permanen pengelihatan.
Masalah bagi anak
Pengembang menyarankan agar anak kecil tidak menggunakan headset VR. Saran tersebut datang pula dari sebagian besar asosiasi dokter mata. Mereka membeberkan alasannya.
Menurut mereka, hal itu bukan karena VR mempunyai sesuatu yang sangat berbahaya bagi mata. Cuma, anak-anak masih dalam masa perkembangan, termasuk untuk sistem visual.
Jika headset VR diatur secara benar, tidak ada alasan kenapa bisa mengakibatkan kelelahan mata secara umum. Pastikan mengukur interpupillary distance dan sesuaikan headset.
Usahakan untuk memainkan konten dengan frame rate tinggi. Sebab, frame rate rendah memicu motion sickness. Satu hal penting lain, Anda jangan melihat yang melawan arah.
Sebagai misal, manakala bermain game rollercoaster, Anda sebaiknya fokus untuk melihat ke depan. Jangan sekali pun Anda menoleh ke samping atau ke arah lain supaya aman.
BACA JUGA:
Saran dan Solusi
Tentu tidak ada yang berharap mengalami dampak berbahaya gara-gara penggunaan headset VR. Namun, kalau ternyata mengalami masalah, Anda sebaiknya segera bersikap.
Paling utama adalah segera temui ahli medis setelah Anda menyadari ada sesuatu yang salah dengan pengelihatan. Jangan pernah abai untuk melakukan setiap tahap pemeriksaan.
Disiplin penggunaan headset VR adalah wajib. Jangan pernah menggunakannya dalam waktu terlalu lama. Jangan pula izinkan anak di bawah 12 tahun untuk memakai headset VR. [SN/HBS]
Artikel ini bersumber dari telset.id.