Telset.id, Jakarta – Pesawat udara tanpa awak Airbus Zephyr S telah memecahkan rekor penerbangan terlama dari pesawat tak berawak. Drone buatan Airbus itu mampu mengudara selama 26 hari.
Pesawat udara nir awak Airbus Zephyr S bertenaga surya telah menghabiskan 26 hari terus-menerus di udara, mengalahkan rekor yang dibuat pada tahun 2018.
Seperti Telset kutip dari BBC, Jumat (15/7/2022), untuk bisa mengudara dengan aman, pesawat tanpa awak itu terbang tinggi di atmosfer guna untuk menghindari lalu lintas udara komersial dan cuaca buruk.
Sebagai sumber tenaga, pesawat Airbus Zephyr S dibekali baterai agar tetap bisa mengudara semalaman, yang berarti tidak perlu berhenti untuk memasok kembali bahan bakar.
Data penerbangan menunjukkan pesawat terbang tanpa awak itu lepas landas dari tempat uji coba di Arizona ke Belize di Amerika Tengah, dan kemudian kembali lagi. Sayangnya, pihak Airbus tidak mau memberikan komentar terkait penerbangan itu.
Seorang juru bicara Assured Position, Navigation and Timing/Space office dari United States Army Futures Command, yang merupakan cabang dari Angkatan Darat AS memberikan penjelasan tentang tes penerbangan tersebut.
Menurut keterangan mereka, uji coba tersebut untuk menguji kapasitas penyimpanan energi UAV, daya tahan baterai, efisiensi panel tenaga surya, dan kemampuan untuk menjaga stasiun.
Tim Robinson, pemimpin redaksi majalah Aerospace, mengatakan kepada BBC bahwa dia pikir jarak ini menandai tonggak penting bagi kemampuan pesawat tanpa awak untuk melakukan perjalanan melampaui garis pandang operatornya.
“Pesawat udara nir awak terbang di atas kisaran dari 2018 saat memecahkan rekor sebelumnya. Saya pikir itu demonstrasi penting tentang bagaimana Anda akan menggunakannya dalam kenyataan,” jelas Robinson.
Ia menyebut, keberhasilan uji coba itu membuka pintu untuk penggunaan praktis pesawat tanpa awak, seperti aplikasi militer atau bahkan bantuan bencana.
BACA JUGA:
Bisa Mengganti Satelit
Pesawat dapat memberikan citra seperti satelit, tetapi tidak memiliki batasan karena harus mengorbit Bumi. Artinya, pesawat dapat tetap dalam satu posisi dan memberikan pembaruan konstan.
Tetapi pesawat tanpa awak memiliki keunggulan utama lain dibandingkan satelit, yang umumnya tidak dapat kembali ke Bumi setelah diluncurkan.
“Itu (pesawat) kembali kepada Anda. Dengan begitu, Anda dapat meningkatkan sensor di dalamnya, dan dapat mengganti muatannya. Anda dapat meningkatkan kemampuannya dengan teknologi baru,” kata Mr Robinson.
Zephyr S sendiri adalah model terbaru dari pesawat bertenaga surya, yang awalnya dirancang dan dibangun di Inggris oleh penemunya yang bernama Chris Kelleher. Sayang, Kelleher meninggal pada tahun 2015, sebelum menuntaskan penemuannya.
Airbus kemudian mengambil alih dengan membuka fasilitas produksi seri pertama untuk pesawat jenis ini di Farnborough tiga tahun kemudian, dan menamakannya Zephyr S untuk menghormati Chris Kelleher.
Rahasia pesawat canggih tanpa awak Zephyr terletak pada sistem tenaga yang efisien. Saat siang, pesawat terbang mengandalkan tenaga matahari dari panel surya.
Panel surya yang memiliki ketebalan hanya setipis kertas itu dibuat oleh United Solar Ovonic. Ketika malam, pesawat pakai baterai isi ulang sulfur-lithium bikinan Sion Power.
Pesawat ini dapat diprogram untuk terbang memutari suatu tempat tertentu di Bumi, membawa peralatan komunikasi seperti halnya pekerjaan satelit.
Sekelompok pesawat yang beroperasi bersama akan memungkinkan fungsi jaringan komunikasi dengan cakupan global untuk keperluan jaringan, yang selama ini dilakukan oleh sebuah satelit.
Selain bisa dirangcang sebagai pengganti satelit, karena lebih efisien, pesawat nir awak ini juga bisa dirancang sebagai pesawat pengirim bantuan di lokasi bencana alam, yang mungkin dalam kondisi terisolasi. [SN/HBS]
Artikel ini bersumber dari telset.id.