korannews.com – Petenis nomor lima dunia Aryna Sabalenka berharap penyelenggara Wimbledon akan “sedikit lebih terbuka” terhadap gagasan mengizinkan Belarus dan Rusia bermain di edisi 2023.
Petenis Belarus yang juga merupakan semifinalis turnamen pada 2021 itu adalah salah satu dari beberapa pemain peringkat tinggi yang dilarang bermain di Wimbledon setelah All England Club menerapkan larangan bagi petenis Rusia dan Belarus sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
“Saya pikir saya tidak memiliki kendali atas situasi ini. Saya hanya duduk dan menunggu keputusan. Dan apapun yang terjadi, terjadilah,” kata Sabalenka seperti disiarkan AFP, Rabu.
“Jika mereka akan melarang kami untuk satu tahun lagi, oke, terserah, saya akan bersenang-senang di rumah di Miami, saya akan menghabiskan waktu bersama keluarga saya dan melakukan pramusim lagi.”
“Apa pun yang mereka putuskan, itu keputusan mereka. Saya tidak peduli dengan Wimbledon.”
Saat ditanya apakah dia optimistis All England Club akan membatalkan keputusannya, petenis berusia 24 tahun itu mengatakan “Saya sangat berharap mereka akan sedikit lebih terbuka untuk kami.”
“Tapi seperti yang ditunjukkan tahun lalu, mereka tidak terlalu senang dengan orang Belarus dan Rusia di acara mereka,” ujar Sabalenka.
Sebelumnya, petenis Inggris nomor satu Cameron Norrie mengatakan ingin melihat Rusia dan Belarus disambut kembali di turnamen tersebut.
“Bagi saya, saya ingin pemain terbaik dunia bermain,” kata Norrie, peringkat 14, semifinalis Wimbledon 2022.
“Saya merasa tahun lalu sangat berat bagi mereka, terutama bagi Daniil (Medvedev) dan Andrey (Rublev), yang memiliki peluang memenangi Wimbledon, terutama karena saya tahu berapa banyak yang dikorbankan orang-orang itu dengan karier mereka dan tujuan mereka jelas sangat tinggi untuk memenangi Slam.”
“Jadi saya benar-benar merasa tidak enak kepada mereka,” ujar Norrie.
Menurut media Inggris, keputusan dari All England Club mengenai masalah tersebut diharapkan akan ditetapkan pada April dengan kompetisi dimulai pada 3 Juli.