News  

sampai Sekarang Masih Banyak Sekali Intimidasi dan Teror

sampai Sekarang Masih Banyak Sekali Intimidasi dan Teror

sampai Sekarang Masih Banyak Sekali Intimidasi dan Teror

Suara.com – Anak pemilik pondok pesantren Shiddiqiyyah di Kabupaten Jombang yang menjadi tersangka kasus pelecehan seksual terhadap santriwati sampai sekarang belum dapat diamankan polisi.

Polisi sudah beberapakali mendatangi pondok pesantren untuk mengamankan lelaki berusia 42 tahun itu, tetapi tidak berhasil. Media massa menyebut MSAT dilindungi ayahnya. 

Tekanan publik agar polisi tegas mengambil langkah hukum semakin kuat. Hari ini, Kementerian Agama mencabut izin pondok pesantren itu.

Seorang santriwati yang menjadi korban pelecehan seksual mengalami trauma sampai sekarang.

Baca Juga:
Kemenag Cabut Izin Pesantren Shiddiqiyyah Gara-gara Kasus Cabul, Anggota DPR Bereaksi: Pastikan Santri Tetap Belajar!

Dia mengatakan semenjak kasus itu menjadi perhatian masyarakat, dia dan keluarganya mendapatkan tekanan psikis yang semakin keras.

“Sampai sekarang masih banyak sekali bentuk intimidasi dan teror yang datang dari kelompok-kelompok pelaku, bukan cuma menyerang pribadi, tetapi juga keluarga dan lingkungan sekitar,” ujar seorang santriwati yang tidak disebutkan namanya, Kamis (7/7/2022).

Karena kasus itu, dia juga mendapatkan stigma negatif dari masyarakat sekitar dan hal itu menambah beban yang dirasakannya.

Suatu hari, dia mengaku sampai ingin melakukan bunuh diri.

“Hanya ada ibu dan suami saya yang mendukung, hingga membuat saya bisa bertahan sampai saat ini. Sekarang ibu sudah meninggal,” katanya.

Baca Juga:
Kemenag Cabut Izin Pesantren Shiddiqiyyah, Bagaimana Nasib Para Santri?

Divisi Gender, Anak, dan Kaum Marjinal Aliansi Jurnalis Independen Bojonegoro Bhagas Dani mendorong proses hukum kasus itu segera dituntaskan.

Dia berharap kepada kepolisian untuk menggunakan perspektif korban.

“Kasus ini harus segera dituntaskan, apalagi dengan melihat pelaku masih bisa bebas ini akan menambah rasa trauma terhadap korban,” kata dia.

Bhagas mengatakan dalam kasus kekerasan seksual sering tak bisa lepas dari relasi kuasa.

Seringkali korban justru diintimidasi dan diserang balik atau disalahkan.

“Apalagi pelaku kekerasan seksual merupakan sosok berpengaruh sekaligus berkuasa, otomatis korban bakal berpikir sangat panjang untuk bersuara,” katanya. [Beritajatim]


Artikel ini bersumber dari www.suara.com.

Exit mobile version