“Program peningkatan produktivitas padi yang dicanangkan oleh Pemerintah dapat memposisikan Indonesia di nomor 2 tertinggi di Asia Tenggara sebagai negara dengan produktivitas padi tertinggi (FAO 2020),” kata Arief Satria di Kota Bogor, Minggu.
Arief menyampaikan apresiasi kepada pemerintah saat menghadiri acara penyerahan penghargaan di Istana Negara, Jakarta, Minggu (14/8) siang.
Rektor IPB itu menilai capaian ini membuktikan Indonesia sebagai negara yang mampu berswasembada pangan di tengah krisis COVID-19. Di samping itu , capaian ini juga menunjukkan ketahanan Indonesia terhadap bencana yang dihadapi dunia sekaligus menjadi hadiah hari peringatan kemerdekaan RI ke 77.
Baca juga: FAO dan IRRI akui ketahanan pangan Indonesia tangguh saat dunia krisis
Keberhasilan program ini, lanjutnya, juga ditopang oleh meningkatnya diversifikasi pangan yang telah menurunkan konsumsi beras. Ia menyebut, berdasarkan data SUSENAS, selama lima tahun terakhir konsumsi beras telah menurun dari 99 kilogram per kapita per tahun di tahun 2016 menjadi 94.4 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2021.
Ke depan angka konsumsi per kapita ini masih dapat diturunkan hingga 85 kilogram per kapita per tahun sesuai rekomendasi Pola Pangan Harapan.
“Syaratnya harus diimbangi dengan peningkatan diversifikasi konsumsi pangan karbohidrat lokal, dan peningkatan konsumsi sayuran, buah, kacang-kacangan serta pangan hewani untuk menjaga mutu gizi konsumsi pangan masyarakat Indonesia, ” jelasnya.
Arief mengemukakan bila penurunan konsumsi beras per kapita sesuai pola pangan harapan ini dapat direalisasiakan, maka Indonesia semakin mandiri pangan.
Bahkan sangat dimungkinkan dalam jangka panjang Indonesia mampu menjadi eksportir beras yang memberi makan masyarakat dunia. Syaratnya, kata dia, intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pangan berbasis pangan lokal harus berhasil dan petani harus sejahtera.
Intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian lahan marjinal seperti lahan rawa, lahan eks tambang, lahan pasang surut, dan lahan dengan salinitas tinggi menurutnya perlu dicarikan terobosan teknologi.
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Suharto
COPYRIGHT © ANTARA 2022
Artikel ini bersumber dari www.antaranews.com.