korannews.com – Ratusan warga Muhammadiyah di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menggelar Shalat Idul Fitri 1444 Hijriah di Masjid Abdul Hadi, Desa Air Saga, Tanjung Pandan, Jumat (21/4) pagi.
Bertindak sebagai imam dalam shalat Idul Fitri 1444 Hijriah tersebut yakni, Muhammad Syafi’i dan penceramah Ketua Pengurus Daerah (PD) Muhammadiyah Belitung, Turfan Amir.
Ketua PD Pengurus Muhammadiyah Belitung, Turfan Amir dalam khutbahnya di Tanjung Pandan, Jumat mengatakan kepergian bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah seyogyanya dilepas dengan rasa penuh harap.
“Kita harus melepas Ramadhan dengan rasa penuh harap, optimisme betapa pun beratnya tantangan dan sulitnya situasi,” katanya.
Menurutnya selama bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah Allah SWT telah menempa hati, mengasuh jiwa, serta mengasah nalar kita.
“Hal ini menyadarkan kita bahwa Allah SWT maha besar, semua kecil dan ringan selama kita bersama Allah SWT,” ujarnya.
Ia menjelaskan, perbedaan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah diharapkan tidak merusak rasa persatuan dan keutuhan umat Muslim di Indonesia.
“Kita bersama sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mahzab, agama atau pandangan politik kita berbeda, karena kita semua berketuhanan yang maha esa,” katanya.
Dikatakan dia, meskipun berbeda dalam merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah perlu disadari bahwa umat Islam di Indonesia adalah satu bangsa, satu bahasa, dan satu Tanah Air.
“Kita semua bersepakat Bhinneka Tunggal Ika meskipun berbeda kita tetap satu,” ujarnya.
Menurutnya, agama Islam tidak melarang pemeluknya untuk saling berkumpul atau berkelompok.
“Namun yang dilarang adalah berkelompok kemudian berselisih,” katanya.
Ia berharap, masyarakat dapat menghormati dan menghargai perbedaan penetapan Idul Fitri 1444 Hijriah.
“Meskipun ada perbedaan kita tetap satu yakni Umat Islam Indonesia,” ujarnya.