korannews.com – Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang RS dr Cipto Mangunkusumo, Sumariyono mengatakan, ada 44 pasien penderita gangguan ginjal misterius di RSCM.
Namun, berdasarkan pemeriksaan, tidak ditemukan adanya indikasi intoksikasi (keracunan) etilen glikol pada pasien tersebut.
Etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna maupun berbau dan berkonsistensi kental seperti sirup pada suhu kamar.
Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.
“Analisis kemungkinan intoksikasi etilen glikol, CT/MRI-nya itu tidak didapatkan kelainan khas pada CT/MRI yang sesuai dengan intoksikasi etilen glikol,” kata Sumariyono dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Jumat (14/10/2022).
Dia mengungkapkan, berdasarkan pemeriksaan CT/MRI, tidak didapatkan tanda intoksikasi etilen glikol (leukoensefalopati) pada pasien.
Pasien pun tidak menunjukkan respons perbaikan terapi hemodialisis. Terapi hemodialisis adalah pembersihan darah dari zat-zat sampah melalui proses penyaringan di luar tubuh atau yang biasa dikenal dengan cuci darah.
Dua hal ini, kata Sumariyono, merupakan faktor yang kurang mendukung untuk kondisi intoksikasi etilen glikol.
“Itu kita coba analisis dari data-data yang ada, di mana satu gambaran sebetulnya agak kurang sesuai. Pada treatment untuk intoksikasi etilen glikol ini salah satunya dengan himodialisis. Pasien tadi tidak memberikan respons yang cukup signifikan dengan terapi tersebut,” kata dia.
Di sisi lain, pihaknya juga mengumpulkan obat-obat yang dikonsumsi pasien.
Hal ini mengacu pada kejadian yang sama di Gambia, yakni puluhan anak-anak meninggal karena gagal ginjal akut akibat mengonsumsi obat flu mengandung etilen glikol dari India.
“Kita sudah cek itu tidak ada obat-obat tersebut dari sana. Tapi tetap kita lakukan evaluasi upaya untuk mencari kemungkinan intoksikasi dari etilen glikol,” ujar dia.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengatakan, dugaan intoksikasi etilen glikol pada pasien gangguan ginjal akut misterius sejatinya baru muncul setelah IDAI mendapat informasi peristiwa di Gambia.
Eka menyampaikan, gangguan ginjal akut misterius ini lebih mengarah pada multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) karena adanya peningkatan inflamasi.
Oleh karena itu, tata laksana penanganan pasien di RSCM pun sesuai tata laksana MIS-C.
“Setelah (mendengar berita di Gambia) itu, baru lah memang intoksikasi ini kami periksakan. Tapi sebetulnya yang tadi konsisten itu adalah adanya hyper inflamasi yang lebih banyak, yang sangat mungkin terkait MIS-C,” ujar Eka.
Sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyatakan, ada dugaan kasus gangguan ginjal akut dipicu oleh konsumsi obat yang mengandung etilen glikol.
Dugaan ini merupakan hasil diskusi dengan tim dari Gambia yang mempunyai kasus serupa.
“Dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol. Tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut karena tidak terdeteksi dalam darah. Dugaan mengarah ke intoksikasi (keracunan),” kata Syahril kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2022).
Namun, dugaan masih ditelusuri. IDAI sendiri sudah mencari berbagai panel infeksi virus di dalam tubuh anak-anak dengan beragam metode pemeriksaan.
Metode yang dilakukan adalah swab tenggorokan untuk memeriksa infeksi virus pada saluran pernapasan.
Lalu, melakukan swab rektal dari anus untuk mencari infeksi-infeksi yang oriental penyebab diare atau infeksi pencernaan.
Sayangnya, belum ditemukan jenis virus yang seragam yang menyebabkan infeksi.
“Kami masih mencari. Tapi yang jelas anak-anak ini tidak hanya mengalami gangguan pada ginjal. Saat kami melakukan pemeriksaan laboratorium dan mengamati gejala klinisnya, mereka mengalami apa yang kami sebut dengan peradangan di banyak organ,” ucap Eka.