korannews.com – Ekonom senior Aviliani menilai Indonesia memiliki peluang untuk lolos dari resesi. Pasalnya, dia menilai masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk belanja, terlebih lagi selepas krisis.
Buktinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali kuat. Saat pandemi, ekonomi Indonesia sempat menyentuh -5,32% pada kuartal II-2020. Sebelum, akhirnya membaik pada tahun ini.
“Kalau pun itu perlambatan ada, tapi tidak sampai resesi kalau melihat dua triwulan terakir,” kata Aviliani dalam Dialog Pakar 2022 yang diadakan Kementerian Keuangan, Senin (12/12/2022).
Menurut Aviliani, masyarakat Indonesia akan belanja jika mobilitasnya dilonggarkan. Pada dua kuartal terakhir, terbukti ekonomi Indonesia tumbuh di atas 5%, yakni 5,44% kuartal II dan 5,72% kuartal III-2022
“Kalau dulu offline ke online, sekarang kembali lagi ke offline karena orang senang pergi ke toko gitu,” ungkapnya.
Meski tidak resesi, Aviliani melihat kondisi tahun depan akan sulit. Pasalnya, kondisi normalisasi keuangan negara baru dimulai tahun depan. Indonesia dalam hal ini tertinggal dari banyak negara lain yang telah melakukan normalisasi tahun ini.
Aviliani menilai jika defisit kembali ke kisaran di bawah 3%, kemudian dana PEN tidak akan kembali digulirkan. Alhasil, likuiditas secara nasional akan berkurang.
“Dimana Rp 400- Rp500 triliun (dana PEN) yang tadinya ada, menjadi tidak ada. Sehingga tahun depan pemerintah tidak mudah, karena harus fokus,” ujarnya.
Dia berharap fokus pemerintah bisa diarahkan kepada kebijakan yang mampu menciptakan multiplier effect kepada ekonomi pada tahun depan.