korannews.com – India menghadapi “pandemi” baru. Ini adalah superbug.
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh dokter di Rumah Sakit Kasturba, negara bagian Maharashtra, India barat. Di RS Kastubra sendiri, sudah ada 1.000 tempat tidur yang terisi akibat penyakit itu.
Mengutip BBC, Rabu (12/10/2022), superbug merujuk ke infeksi kuman super, bakteri dan jamur, yang resistan terhadap obat, termasuk antibiotik umum. Padahal antibiotik umum, dianggap sebagai garis pertahanan pertama melawan infeksi parah.
Di laman lembaga penyakit AS, CDC, ada 18 jenis superbug dengan tiga kategori yakni mendesak, serius dan mengancam. Salah satunya adalah escherichia coli, yang umumnya ditemukan di usus manusia atau hewan yang terkontaminasi.
Lalu ada pula klebsiella pneumoniae, yang dapat menginfeksi paru-paru menyebabkan pneumonia dan lapisan otak yang menyebabkan meningitis. Serta staphylococcus aureus yang mematikan, bakteri bawaan makanan yang dapat ditularkan melalui tetesan udara atau aerosol.
Namun yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya acinetobacter baumannii. Patogen yang resisten terhadap banyak obat ini menyerang paru-paru pasien yang menggunakan alat bantu hidup di unit perawatan kritis.
“Karena hampir semua pasien kami tidak mampu membeli antibiotik yang lebih tinggi, mereka menghadapi risiko kematian yang nyata,” kata salah satu dokter RS Kastubra, SP Kalantri.
“Mengelola pasien seperti itu adalah sebuah cobaan. Situasinya sangat menyedihkan, dan tindakan putus asa, memesan lebih banyak antibiotik (lain) cenderung menghasilkan lebih banyak kerugian daripada manfaat,” kata Kalantri lagi.
Hal sama juga terjadi di terjadi RS AMRI, di kota timur Kolkata. Sebanyak enam dari 10 pasien di ICU disebut mengalami infeksi yang resistan ke obat.
“Situasinya benar-benar mengkhawatirkan. Kami telah sampai pada tahap di mana Anda tidak memiliki terlalu banyak pilihan untuk merawat beberapa pasien ini,” kata spesialis perawatan kritis, Saswati Sinha.
Sebenarnya, kemunculan superbug sudah diperingatkan Dewan Riset Medis India bulan lalu melalui laporannya tentang resistensi antimikroba (AMR). Mereka mendesak tindakan untuk “pencegahan krisis kesehatan besar-besaran”.
Mengutip The Guardian, resistensi terhadap antibiotik umum ini sudah melonjak 10% di India dalam satu tahun terakhir. Ini disebabkan oleh penyalahgunaan antibiotik yang merajalela.
“Tingkat resistensi meningkat menjadi lima hingga sepuluh persen setiap tahun untuk antimikroba spektrum luas, yang sangat disalahgunakan,” kata Dr Kamini Walia, yang memimpin laporan.
“Resistensi antibiotik berpotensi menjadi pandemi dalam waktu dekat jika tindakan korektif tidak segera diambil,” tegasnya.
Dijelaskan pula dalam menangani infeksi pneumonia misalnya. Hanya 43% infeksi bisa diobati dengan antibiotik lini pertama di 2021.
Angka itu turun dari penelitian sebelumnya di 2016, di mana ada 65% infeksi pneumonia bisa diatasi. Artinya butuh antibiotik lebih kuat di tingkat baru untuk melaram penyakit.
Menurut jurnal ilmiah Lancet, setidaknya 1,27 juta kematian telah terjadi di dunia pada 2019, akibat superbug. Di India sendiri, statistik pemerintah menyebut ada 700.000 orang di negeri itu meninggal setiap tahun karena kebalnya infeksi terhadap obat.
“Kami benar-benar dapat melihat pandemi yang didorong oleh infeksi ini di India,” kata Direktur One Health Trust, Ramanan Laxminarayan, sebuah think tank kesehatan masyarakat global.
“Ini tentu dalam kemungkinan, bisa jadi tahun depan atau selama dua dekade ke depan,” tambahnya.