korannews.com – Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh membantah partainya kini berseberangan dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Kendati telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) Pemilu 2024, kata Surya, Nasdem akan tetap mendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin hingga akhir masa jabatan.
“Komitmen kan kita hargai dan kita mau konsisten di sana,” kata Surya dalam wawancara eksklusif bersama Ni Luh Kompas TV, dikutip Selasa (9/5/2023).
Surya justru membandingkan posisi Nasdem dengan sejumlah partai politik yang pada Pemilu 2019 lalu bukan bagian dari koalisi pengusung Jokowi-Ma’ruf, namun kini berada di pemerintahan.
Sebutlah Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN). Keduanya membentuk koalisi sendiri pada Pemilu 2019, tetapi bergabung menjadi partai pendukung pemerintah setelah Jokowi terpilih sebagai presiden.
Sebaliknya, Nasdem bersama PDI Perjuangan dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sejak awal selalu mendukung Jokowi, bahkan sejak mantan Wali Kota Solo itu mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2014.
“Kalau diambil daripada starting awal koalisi pemerintahan itu yang ada hanya ada siapa di sana, PDI-P, Nasdem, itu pengusung-pengungsung, tambah barangkali PKB, muncul ada Hanura,” ujar Surya.
“Pada pemilu yang lalu, siapa Gerindra? Dia kompetisi pemerintahan, siapa pun dia di luar pemerintahan,” lanjutnya.
Meski tak berada dalam satu koalisi pada pemilu, pada akhirnya PDI-P dan Nasdem tetap membuka pintu bagi Gerindra dan PAN bergabung.
Oleh karenanya, Surya menilai, tak salah jika Nasdem tetap berada di barisan partai pendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir masa jabatan 2024, meski telah mendeklarasikan dukungan buat Anies Baswedan maju sebagai capres.
“Mungkin ini persepsi dan pandangan pemahaman yang barangkali belum menyatu. Nasdem menganggap, apa masalahnya dengan pencalonan seseorang warga negara Indonesia yang seutuhnya mempunyai hak politik untuk dicalonkan dan mencalonkan dirinya untuk dicalonkan. Apa yang salah?” katanya.
Kendati demikian, Surya mengaku menghargai pemikiran Jokowi yang kini menganggapnya sudah punya kepentingan politik lain ke depan.
Namun, dia tak ingin perbedaan ini terus dipertajam dan justru menimbulkan perpecahan.
“Sebenarnya sayang sekali kalau ini harus dipertajam perbedaan-perbedaan karena gol besar kita Indonesia maju,” kata Surya.
“Progres pembangunan yang berjalan terus-menerus dan harapan Presiden Jokowi agar proses mengimplementasikan revolusi mental yang diutarakan oleh Presiden Jokowi itu bisa kita jalankan,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, hubungan Jokowi dan Surya Paloh diisukan renggang sejak Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres Pemilu 2024 pada Oktober 2022 lalu.
Jokowi beberapa kali tak menghadiri agenda Nasdem. Surya Paloh juga beberapa kali tak diundang di acara pertemuan dengan Jokowi.
Terbaru, Jokowi mengundang enam ketua umum partai politik pemerintah yakni Ketum PDI Perjuangan, Ketum Gerindra, Ketum Golkar, Ketum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Ketum Partai Amanat Nasional (PAN), Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pertemuan di Istana Negara, Selasa (2/5/2023). Surya Paloh tak diundang dalam pertemuan itu.
Jokowi terang-terangan menyatakan bahwa tak diundangnya Surya Paloh adalah karena Nasdem sudah punya koalisi sendiri untuk Pemilu 2024.
“Ya memang enggak diundang. Nasdem itu, ya kita harus bicara apa adanya, kan sudah memiliki koalisi sendiri,” ujar Jokowi di Sarinah, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Atas dinamika ini, Surya Paloh pun ditinggalkan oleh Jokowi. Namun demikian, Surya mengaku menghormati keputusan Jokowi tersebut.
“Jokowi menempatkan positioning beliau barangkali sebagai pemimpin koalisi partai-partai pemerintahan ya,” katanya di Wisma Nusantara, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (5/5/2023).
“Dan beliau tidak menganggap lagi Nasdem ini di dalam koalisi pemerintahan untuk sementara,” sambung dia.