korannews.com – China sedang meningkatkan pembangunan untuk menunjang infrastruktur gas alam cair (LNG). Hal ini merupakan upaya Beijing dalam mengamankan pasokan energi di tengah krisis.
Dalam laporan South China Morning Post (SCMP), rencana Kementerian Transportasi pada 2019 bermaksud untuk membangun 34 terminal penerima LNG pesisir dan menambah kapasitas penerima senilai 224 miliar meter kubik pada tahun 2035. Ini lebih dari dua kali lipat kapasitas negara saat ini.
Salah satu proyek penampungan gas yang telah jadi adalah Yancheng Green Energy Port di Provinsi Jiangsu Timur. Di fasilitas itu, sebuah kapal induk dari Qatar menurunkan 210.000 meter kubik LNG ke tangki penyimpanan pada akhir bulan lalu.
“Pelabuhan LNG baru adalah contoh Yancheng yang secara menyeluruh menerapkan strategi keamanan energi Presiden Xi Jinping. Strategi tersebut, yang diajukan oleh Xi pada tahun 2014, bertujuan untuk merevolusi konsumsi energi, pasokan, teknologi, dan sistem Tiongkok, sambil meningkatkan kerja sama energi internasional,” kata Pemerintah Yancheng dalam situs resmi dikutip Rabu, (12/10/2022).
Peneliti Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia, Anne-Sophie Corbeau, mengatakan China saat ini memang merupakan konsumen gas yang besar. Lebih banyak fasilitas diperlukan untuk mendistribusikan bahan bakar itu.
“China adalah negara besar dan sudah memiliki pasar gas yang sangat besar, mungkin sebesar (Uni Eropa) pada 2022, jadi masuk akal untuk memiliki banyak terminal LNG,” kata Corbeau.
China bahkan melampaui Jepang untuk menjadi importir LNG terbesar di dunia pada tahun 2021. Perusahaan-perusahaan negara itu juga telah menandatangani sejumlah rekor kontrak jangka panjang dengan pemasok selama dua tahun terakhir, banyak dari Amerika Serikat (AS).
“Untuk memasok wilayah yang berbeda, masuk akal untuk memiliki cukup banyak kapasitas LNG yang tersebar di seluruh negeri, memiliki lebih banyak titik masuk dan untuk memasok berbagai wilayah dengan lebih baik,” tambahnya.
Corbeau juga memaparkan alasan Beijing untuk menimbun gas sangatlah masuk akal. Pasalnya, Eropa saat ini kesulitan untuk mendapatkan gas karena hubungan yang panas dengan penyuplai 40% kebutuhan gasnya, Rusia, akibat ketegangan geopoltik. Ini menurutnya sedang diantisipasi agar tak terjadi pada China.
“Dari sudut pandang keamanan pasokan, masuk akal juga untuk memiliki lebih banyak kapasitas LNG jika terjadi sesuatu dengan sumber pasokan lain, seperti yang ditunjukkan oleh Eropa dengan Rusia,” ujar Corbea lagi.