korannews.com – Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumberdaya Manusia (ESDM) mulai melakukan kajian tingkat bahaya pergerakan tanah di daerah permukiman warga di Kampung Ciketug,Desa Parakanhonje, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat untuk mengetahui risiko pergerakannya.
“Sudah koordinasi dengan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) dan sudah dicek, kita menunggu laporan lengkap,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya Kurnia Trisna di Tasikmalaya, Jumat.
Ia menyatakan bencana alam pergerakan tanah itu sudah terjadi beberapa hari lalu dan menyebabkan jalan retak, kemudian merusak rumah warga.
Pemerintah daerah, kata dia, sudah melaporkan kejadian itu ke Badan Geologi untuk dilakukan pemeriksaan tingkat risiko bahaya dari pergerakan tanah di kampung itu.
Tim yang sudah terjun ke lapangan itu, kata dia, memeriksa berbagai hal, di antaranya mulai dari bebatuan, struktur geologi, lereng, dan retakan tanah untuk mengetahui tingkat bahayanya.
“Mulai dari batuan, struktur geologi, lereng, jalan, retakan-retakan tanah, dan lain-lain tingkat risiko dan rawannya,” kata Kurnia.
Kepala Desa Parakanhonje, Abdullah mengatakan tim dari Badan Geologi sudah mulai melakukan kajian kawasan kampung yang dilanda pergerakan tanah.
Terkait hasilnya, kata dia, Badan Geologi belum menyampaikan kepada pemerintah desa maupun kabupaten.
“Akan tetapi untuk hasilnya mereka belum mengeluarkan pernyataan resmi,” katanya.
Ia menyampaikan bencana pergerakan tanah itu menyebabkan 35 rumah warga rusak dan lainnya terancam.
Pergerakan tanah itu, kata dia, menyebabkan retakan tanah sepanjang 100 meter di Kampung Ciketug membuat permukaan tanah yang sudah dibangun rumah ikut tergeser dan bangunannya menjadi rusak.