Tokoh Teori Konspirasi Alex Jones Akhirnya Akui Penembakan di Sandy Hook Bukan Hoaks

Tokoh Teori Konspirasi Alex Jones Akhirnya Akui Penembakan di Sandy Hook Bukan Hoaks

Tokoh Teori Konspirasi Alex Jones Akhirnya Akui Penembakan di Sandy Hook Bukan Hoaks

Tokoh teori konspirasi Alex Jones, pada Rabu (3/8), bersaksi bahwa ia kini memahami betapa tidak bertanggung jawabnya dia ketika menyatakan bahwa pembantaian yang terjadi di SD Sandy Hook, di Connecticut, pada Desember 2012, adalah tipuan. Ia mengakui bahwa kini ia percaya insiden itu “100 persen nyata.”

Pengakuan itu disampaikannya sehari setelah kesaksian orang tua seorang anak laki-laki berusia enam tahun yang tewas dalam serangan itu, yang memaparkan penderitaan, ancaman pembunuhan dan pelecehan yang mereka alami karena apa yang disampaikan di platform media milik Jones.

Di ruang sidang pengadilan di Texas itu, pembawa acara Infowars tersebut mengatakan kini ia merasa pasti bahwa serangan itu memang terjadi. “Terutama sejak saya bertemu para orang tua. Ini 100 persen nyata,” ujar Jones di sidang yang akan menentukan berapa besar utangnya dan perusahaan media miliknya, Free Speech System, karena mencemarkan nama baik Neil Heslin dan Scarlett Lewis.

Putra mereka, Jesse Lewis, termasuk di antara 20 siswa dan enam guru yang tewas dalam penembakan di SD Sandy Hook, di Newtown, Connecticut pada 14 Desember 2012 – insiden penembakan di sekolah yang paling banyak menelan korban jiwa dalam sejarah Amerika Serikat.

Namun Heslin dan Lewis, pada Selasa (2/8), mengatakan permintaan maaf tidak akan cukup, dan bahwa Jones harus bertanggung jawab karena berulangkali menyebarluaskan kebohongan tentang pembantaian itu. Mereka menuntut ganti rugi setidaknya $150 juta.

Jones Salahkan Media

Sidang yang sudah memasuki minggu kedua itu berakhir pada Rabu siang. Selama argumen penutup, pengacara Jones, Andino Reynal, mengatakan penggugat tidak membuktikan bahwa tindakan dan kata-kata kliennya menyebabkan kerugian yang sebenarnya bagi Heslin dan Lewis.

Ia menambahkan suatu hal wajar untuk menyimpulkan bahwa ada orang lain yang “mempersenjatai” apa yang dikatakan Jones tentang Sandy Hook, dan “meyakinkan mereka (para orang tua.red) bahwa Alex Jones bertanggung jawab atas kesedihan mereka.”

Jones adalah satu-satunya orang yang bersaksi dalam pembelaannya. Pengacaranya menanyakan padanya apakah kini ia memahami bahwa merupakan “hal yang sangat tidak bertanggung jawab” untuk terus menerus menyampaikan klaim palsu bahwa pembantaian itu tidak terjadi dan bahwa tidak ada yang meninggal.

Jones menjawab ia memahami hal itu, tetapi menambahkan “mereka (media.red) tidak memberi saya kesempatan untuk menarik pernyataan sebelumnya.”

Jones Kerap Klaim Konspirasi

Dalam pemeriksaan silang yang menyakitkan, Jones mengakui sejarahnya mengangkat klaim konspirasi mengenai tragedi massal lainnya, mulai dari pemboman gedung FBI Oklahoma City pada 19 April 1995, pemboman saat lomba lari di Boston pada 15 April 2013, hingga penembakan massal di Las Vegas pada 1 Oktober 2017 dan penembakan SMA Stoneman Douglas di Parkland, Florida pada 14 Februari 2018.

Yang dipertaruhkan dalam sidang ini adalah berapa banyak ganti rugi yang harus dibayar Jones.

Tim juri akan mempertimbangkan ganti rugi dalam dua tahap. Begitu mereka menentukan apakah Jones harus membayar kompensasi untuk pencemaran nama baik dan tekanan emosional yang dialami para orang tua, juri harus memutuskan besarnya ganti rugi yang harus dibayarkan. Bagian ini akan melibatkan sidang berskala kecil secara terpisah yang melibatkan Jones dan pakar keuangan, yang bersaksi tentang kekayaan bersihnya dan perusahaannya.

Jones telah berupaya melindungi perusahaannya, Free Speech Systems, secara finansial. Perusahaan itu merupakan induk perusahaan Infowars dan telah mengajukan perlindungan kebangkrutan federal minggu lalu.

Beberapa keluarga korban penembakan di Sandy Hook itu secara terpisah juga menggugat Jones atas klaim keuangannya, dengan alasan perusahaan itu berusaha melindungi jutaan dolar milik Jones dan keluarganya lewat entitas cangkang. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Exit mobile version