korannews.com – Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan Barat tidak memberi semua pasokan senjata yang dibutuhkan Kiev karena “telah lama hidup dalam dogma untuk tidak memprovokasi Rusia”.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Spanyol La Razon, Reznikov mengatakan bahwa itu juga alasan di balik keputusan untuk tidak memberikan Ukraina keanggotaan di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) selama pertemuan puncak aliansi tersebut pada 2008 di Romania.
Menurut dia, AS dan sebagian besar negara Eropa mendukung Ukraina bergabung dengan NATO tetapi kemudian mantan Kanselir Jerman Angela Merkel menentang gagasan tersebut dan membujuk negara lain hingga mengakibatkan aneksasi wilayah di Ukraina dan Georgia oleh Rusia.
“Kesalahan kedua adalah meyakini bahwa jika terjadi bentrokan militer, Tentara Soviet yang kecil akan menghadapi tentara yang jauh lebih besar dan dikalahkan. Yah, kami bukan negara Soviet dengan Tentara Soviet,” kata Reznikov.
Sehubungan dengan apa yang dibutuhkan tentara Ukraina saat ini, Reznikov mengatakan bahwa senjata, terutama sistem pertahanan udara, adalah prioritas untuk mematahkan dominasi udara Rusia.
Dia lebih lanjut mengatakan bahwa menurut dia, ancaman perang nuklir oleh Rusia adalah gertakan.
Menanggapi pertanyaan apakah Ukraina adalah anggota de facto NATO, dia mengatakan bahwa Kiev menggunakan standar dan senjata NATO di militer mereka, serta kemampuan sistem komputer atau perangkat lunak untuk bertukar dan memanfaatkan informasi intelijen dan pelatihan.
“Setelah perang ini, hanya keputusan politik untuk menjadi anggota de jure yang tersisa. Rusia adalah ancaman terbesar NATO untuk 10 tahun ke depan, seperti yang ditetapkan dalam KTT Madrid, dan tidak ada orang seperti kami yang memiliki pengalaman langsung dalam memerangi dan mengalahkan mereka. Apa alasan yang lebih baik dari itu? Mereka membutuhkan kami,” kata Reznikov.
Reznikov juga menyinggung kebocoran dokumen Pentagon terkait perang di Ukraina, dengan mengatakan bahwa dokumen tersebut adalah campuran antara kebenaran dan kebohongan, dan merupakan bagian dari operasi disinformasi khusus.
“Saya tidak tahu siapa yang membuatnya, tetapi itu menguntungkan Rusia. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk merusak kepercayaan antara sekutu,” kata dia.
Sumber: Anadolu