“Sekeping” Indonesia Akan Hadir di Sudut Kota Bern Swiss…

“Sekeping” Indonesia Akan Hadir di Sudut Kota Bern Swiss…

korannews.com – “Sekeping” Indonesia akan dapat ditemui di Jalan Zeughausgasse, Kota Bern , Swiss .

Di salah satu sudut kota yang menjadi World Heritage Unesco ini, bakal disajikan berbagai hal tentang Indonesia.

Setidaknya, akan berjejer stand mulai dari Bali Spa, Sendok Garpu Catering, bursa rempah Pasar Indonesia, Dapura Mia, hingga eksportir kopi di Jalan Zeughausgasse.

Jameleon, band yang digawangi anak anak muda Indonesia di Swiss, serta penyanyi Joan Sepang, juga akan tampil di sana.

“Biasanya jalan ini untuk wisata kuliner warga lokal, kami sering makan di sana,” kata Tenny Schneider, diaspora Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di Bern kepada Kompas.com, Kamis (13/10/2022).

Lokasinya yang berada di kawasan kota tua, menjadikan Jalan Zeughausgasse juga ramai turis.

“Ada juga deretan toko untuk shopping,” imbuh Tenny.

Jika suatu hari ada nuansa khas Indonesia, kata dia, hal itu akan menambah marak Jalan Zeughausgasse.

Nuansa ke-Indonesiaan itu tidak lepas dari andil KBRI Bern.

Ketika kota Bern menggelar kegiatan tahunan Fernweh , KBRI Bern pun mengajak diaspora Indonesia untuk ikut serta.

“Diaspora Indonesia bisa dibilang ‘ambasador’ Indonesia di luar negeri. Terutama mengenalkan Indonesia ke dunia. Pada kesempatan ini, kami menggandeng diaspora pengusaha Indonesia di Swiss untuk promosi di sektor ekonomi, sekaligus budaya Indonesia seperti wellness, kulineri khas Indonesia, juga kopi Indonesia,” ujar Dubes Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad kepada Kompas.com, Kamis.

Indonesia tercatat cukup banyak memasok kopi ke Heidiland.

Pada Januari-Agustus 2022, sebanyak 3 juta kg kopi dari Indonesia atau senilai 16,5 juta dollar AS, masuk Swiss.

Konsumsi kopi di Swiss juga tinggi. Orang Swiss tercatat minum kopi 1.000 cangkir pertahunnya.

Akan ada sekitar sembilan stand bernuansa Indonesia di Zeughausgasse pada Sabtu (29/10/2022) mulai dari pukul 11.00 hingga 17.00 waktu setempat.

Stand tersebut bukan hanya diisi dengan pengenalan layanan pijat tradisional Bali, Bali Spa.

Travel agent (Asiatik Tour & Travel) dan bursa kain Indonesia (Kaufpedia) juga akan mengisi stand.

Fernweh adalah kegiatan tahunan yang menonjolkan kebudayaan luar Eropa. Secara harfiah, Fernweh berarti kangen negeri seberang.

“Ini kegiatan potensial untuk mengenalkan Indonesia,” kata Muliaman Hadad.

Berbeda dengan Jepang yang menampilkan budaya Negeri Sakura di gedung kedutaannya, Indonesia langsung menggelarnya di hadapan warga Bern.

Satu gedung dijadikan markas kontingen asal Indonesia.

“Ada yang di dalam gedung, ada juga yang di teras jalan,” imbuh Muliaman Hadad.

Srinasih Heiniger dari Bali Spa, menyambut gembira kegiatan ini.

“Tentu saja kami senang bisa mengenalkan pijat tradisional ala Bali,” katanya.

Meskipun di Swiss sudah mulai tumbuh usaha semacam ini, namun harus bersaing ketat dengan pijat ala Thailand.

Srinasih melihat, Bali Spa yang begitu populer di mata turis mancanegara saat berkunjung ke Bali, masih harus terus diperjuangkan popularitasnya di Swiss.

“Potensinya besar, sebab pijat ala Bali membuat konsumen ketagihan. Hanya memang kami selama ini promosi sendiri-sendiri,” imbuh ibu satu anak ini.

Fernweh digagas Globetrotter, agen perjalanan yang mengkhususkan turis yang suka petualangan.

Turis yang ingin ke tempat tempat terpencil di penjuru dunia, biasanya menghubungi Globetrotter.

Pendirinya adalah Walter Kamm.

Walter Kamm memulai petualangan dari Zurich ke Asia pada 1967.

“Karena perjalanan udara saat itu sangat mahal, satu satunya pilihan ya jalan darat,“ tulis Walter Kamm dalam situs Globetrotter.

Walter menembus Turkiye, Iran, Afganistan, China, India, Nepal, Taiwan, Jepang, Kamboja, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia.

Setelah perjalanan darat selama 8 bulan ke 25 negara, Walter kembali ke Zurich.

“Saya merasa asing di Swiss. Asia adalah negara yang memberikan kesadaran kepada saya, tentang keramahtamahan,” kata Walter.

Zurich atau Swiss membuatnya tidak kerasan.

Walter mengalami apa itu yang kemudian disebutnya Fernweh, kangen negeri asing.

Di sebuah gudang sepeda di Zurich pada 1976, Walter mendirikan biro perjalanan khusus untuk yang suka berpetualang, Globetrotter.

Kini Globetrotter menjadi perusahaan modern dengan warwah turis yang suka petualangan. Dan tiap tahun menggelar kegiatan yang bernama Fernweh ini.

Walter Kamm menyerahkan kepemimpinan Globetrotter ke profesional, dan dia sendiri meneruskan petualangannya ke seluruh pojok dunia.

Indonesia, yang baru dikenal Bali dan sekitarnya, akan menemukan pasar istimewa di ajang Fernweh ini.

error: Content is protected !!