korannews.com – Pengawas nuklir PBB bersikeras untuk memeriksa kapal selam nuklir masa depan Australia sebelum dan sesudah resmi dipakai.
Ini sebagai bagian dari perjanjian “kedap air” untuk memastikan tidak ada bahan fisil yang dialihkan, kata kepala badan tersebut.
Rafael Mariano Grossi, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), mengatakan badan dan mitra dalam perjanjian pembagian nuklir AUKUS yakni AS, Inggris dan Australia, akan mengadakan negosiasi lebih lanjut tentang bagaimana memastikannya tidak bertentangan dengan kewajiban non-proliferasi mereka.
Dilansir dari Guardian, kesepakatan Aukus mengeksploitasi celah dalam perjanjian Non Proliferasi Nuklir 1968.
Ini memungkinkan bahan bakar nuklir yang digunakan untuk penggunaan militer non-eksplosif seperti propulsi angkatan laut dibebaskan dari inspeksi IAEA.
Sebagai salah satu cara untuk membatasi kemungkinan bahan fisil dapat dialihkan untuk membuat senjata adalah bahan bakar nuklir akan dikirim ke Australia dalam unit tenaga las.
Bahan it akan dipasang di kapal selam untuk dirakit oleh Australia dan siap pada tahun 2040-an.
Grossi mengatakan bahwa dalam negosiasi dengan Australia, IAEA akan bersikeras bahwa para inspekturnya akan diizinkan untuk memeriksa jumlah bahan bakar nuklir di dalam unit yang disegel sebelum dan sesudah kapal selam dilayarkan.
“Kami harus memeriksa sebelum masuk ke air, dan ketika kembali,” kata Grossi kepada wartawan di Washington, Rabu (15/3/2023).
“Ini membutuhkan metode teknis yang sangat canggih, karena akan ada unit yang dilas, tetapi inspektur kami ingin tahu apa yang ada di dalamnya dan apakah, ketika kapal kembali ke pelabuhan, semuanya ada dan tidak ada kerugian. Ini pertama kalinya hal seperti ini akan dilakukan,” tambahnya.
Grossi akan melaporkan kemajuan perjanjian non-proliferasi terkait kesepakatan Aukus kepada negara-negara anggota dewan IAEA pada bulan Juni.
“Kami akan menyusun sistem kedap air yang solid untuk mencoba mendapatkan semua jaminan. Jika kami tidak bisa melakukan itu, kami tidak akan pernah setuju,” kata Grossi.
Pendukung kontrol senjata umumnya menyambut baik langkah-langkah pencegahan yang diadopsi oleh mitra AUKUS.
Tetapi hal ini telah menimbulkan keprihatinan bahwa preseden yang ditetapkan dapat mendorong negara-negara lain untuk menggunakan celah NPT.
Celah ini berpotensi dipakai sebagai dalih mengembangkan propulsi angkatan laut nuklir sebagai cara untuk menyembunyikan senjata.
“Jika negara X ingin melakukan ini, mereka harus melakukan hal yang persis sama jika ingin tetap mematuhi hukum,” kata Grossi.
“Mereka harus datang kepada kita. Mereka harus memberi tahu kami apa yang mereka rencanakan, dan mereka harus membuka proses konsultasi dan negosiasi,” tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.