korannews.com – Rusia pada Senin (27/3) gagal dalam perhitungan suara pada Dewan Keamanan PBB guna meminta adanya penyelidikan independen terhadap peristiwa peledakan pipa gas Nord Stream yang merupakan jaringan gas antara Rusia dan Jerman melalui Laut Baltik.
Hanya Rusia, China dan Brazil yang memberikan suara mendukung teks yang dirancang Rusia, sedangkan 12 negara anggota lainnya menyatakan abstain.
Agar sebuah resolusi dapat lolos, maka perlu sedikitnya sembilan suara mendukung dan tidak ada veto dari Rusia, China, Prancis, Amerika Serikat, atau Inggris.
Rusia mengajukan draf resolusi ini bulan lalu, hanya beberapa hari sebelum peringatan setahun invasi ke Ukraina.
“Tanpa adanya investigasi internasional yang objektif dan transparan, kebenaran atas apa yang terjadi tidak akan terungkap,” kata Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia kepada Dewan Keamanan sebelum pemungutan suara.
Peledakan jaringan pipa itu terjadi di zona ekonomi eksklusif Swedia dan Denmark. Pada Februari, Swedia, Denmark dan Jerman mengaku bahwa otoritas nasional masing-masing masih menggelar penyelidikan secara terpisah dan telah menginformasikan hal ini kepada Rusia.
Negara-negara tersebut dalam surat bersama kepada Dewan Keamanan menyatakan bahwa kerusakan itu disebabkan “ledakan yang luar biasa akibat sabotase”.
Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga telah menyatakan insiden tersebut adalah “tindakan sabotase”.
Kebanyakan anggota Dewan Keamanan yang abstain pada Senin menyatakan bahwa mereka mengambal sikap ini agarinvestigasi tingkat nasional tetap berlanjut hingga ada kesimpulan, sebelum mempertimbangkan tindakan apa yang perlu dilakukan PBB.
Rusia mengeluh tidak diberi informasi mengenai investigasi tingkat nasional yang sedang berlangsung terhadap peristiwa itu. Tanpa menunjukkan bukti, Rusia menegaskan Barat berada di balik ledakan tersebut.
“AS tidak terlibat sama sekali. Titik,” kata Wakil Dubes AS untuk PBB Robert Wood.
Wood menuduh Rusia berupaya mendiskreditkan kerja investigasi beberapa negara mengenai soal ini dan berprasangka buruk terhadap setiap kesimpulan yang dinilai mereka tidak sesuai dengan narasi politik yang telah ditentukan Rusia.
Sumber : Reuters