Putin Terbuka Bagi Kesepakatan Gandum dengan Ukraina, Inginkan Sanksi Terhadap Rusia Dibatalkan

Putin Terbuka Bagi Kesepakatan Gandum dengan Ukraina, Inginkan Sanksi Terhadap Rusia Dibatalkan

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (19/7) mengatakan Rusia siap untuk memfasilitasi pengiriman gandum Ukraina dari pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam, tetapi ia ingin negara-negara Barat mencabut sanksi mereka terhadap ekspor gandum Rusia.

Putin berbicara di Iran setelah bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengenai usulan rencana untuk memulai kembali ekspor Ukraina.

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah mengacaukan perdagangan Ukraina, dan dengan tekanan terhadap pasokan makanan global, PBB telah terlibat dalam pembicaraan untuk membuka blokade ekspor tersebut.

Farhan Haq, deputi juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa Guterres tetap optimistis bahwa suatu kesepakatan dapat diraih. Ia menambahkan bahwa Guterres telah membahas negosiasi yang sedang berlangsung itu dalam percakapan telepon dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Putin Terbuka Bagi Kesepakatan Gandum dengan Ukraina, Inginkan Sanksi Terhadap Rusia Dibatalkan

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Iran, 23 November 2015. (Foto: REUTERS/Alexei Druzhinin)

Putin pada Selasa bertemu pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei di Teheran, mengisyaratkan hubungan yang lebih erat antara kedua negara.

“Kontak dengan Khamenei sangat penting,” kata Yuri Ushakov, penasihat kebijakan luar negeri Putin, kepada wartawan di Moskow. “Dialog saling percaya telah berkembang di antara mereka mengenai isu-isu paling penting dalam agenda bilateral dan internasional.”

“Dalam kebanyakan isu, sikap kami dekat atau identik,” kata Ushakov. Sementara Moskow menghadapi sanksi-sanksi ekonomi Barat yang terus berlangsung karena invasinya terhadap Ukraina, Rusia berupaya memperkuat hubungan strategis dengan Iran, Tiongkok dan India.

Iran, yang juga menghadapi sanksi-sanksi ekonomi Barat dan terlibat perselisihan dengan AS terkait program nuklir Teheran, menyatakan harapan bagi hubungan yang lebih erat dengan Rusia.

“Kedua negara kami memiliki pengalaman yang baik dalam menghadapi terorisme, dan ini telah memberi banyak keamanan bagi kawasan kami,” kata Presiden Iran Ebrahim Raisi setelah bertemu Putin. “Saya berharap kunjungan Anda ke Iran akan meningkatkan kerja sama antara kedua negara kita yang independen.”

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan pada Selasa bahwa data intelijen mengindikasikan Rusia “sedang meletakkan landasan untuk menganeksasi wilayah Ukraina yang dikuasainya yang merupakan pelanggaran langsung kedaulatan Ukraina.”

Kirby mengatakan daerah-daerah yang masuk rencana yang sedang ditinjau Rusia itu mencakup Kherson, Zaporizhia, serta semua provinsi Donetsk dan Luhansk.

Ia juga mendesak Kongres AS agar meratifikasi masuknya Finlandia dan Swedia sebagai anggota NATO, seraya mengatakan pemerintahan Biden ingin melihat kedua negara itu “dibawa ke dalam aliansi sesegera mungkin.”

Swedia dan Finlandia sama-sama memutuskan sikap nonaliansinya yang telah lama untuk menjadi anggota NATO sebagai akibat langsung invasi Rusia terhadap Ukraina. Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS memberi persetujuan hari Selasa, menyiapkan forum bagi pemungutan suara penuh di Senat. Ke-30 anggota NATO harus menyetujui bergabungnya Finlandia dan Swedia ke dalam aliansi militer itu. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!