korannews.com – Menteri Keamanan Nasional Israel , Itamar Ben-Gvir, mendatangi kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur pada Minggu, 21 Mei 2023 dan menyatakan bahwa pihaknya lah yang berwenang atas lokasi tersebut. Komentar dari politikus sayap kanan itu mematik kecaman dari Palestina, terlebih setelah eskalasi ketegangan dan kekerasan yang dilakukan Israel beberapa bulan terakhir.
Kunjungan Ben-Gvir ke Al-Aqsa berjarak beberapa hari pascabentrok antara sekelompok pemuda Yahudi dan warga Palestina. Bentrok tersebut dipicu slogan-slogan rasis yang dilontarkan pihak Israel pada saat pawai bendera tahunan kelompok sayap kanan di Kota Tua.
Pawai tersebut digelar untuk memperingati Hari Yerusalem. Peringatan yang dianggap ilegal secara hukum internasional ini menandai penangkapan dan aneksasi Yerusalem Timur pada 1967. Dalam beberapa tahun terakhir, pawai ini telah menjadi pemicu kekerasan. Tahun ini, peserta pawai bahkan melakukan serangan fisik kepada warga Palestina dan wartawan.
“Saya senang bisa mendatangi Temple Mount, tempat terpenting bagi orang Israel ,” kata Ben-Gvir saat berkunjung ke kompleks Masjid Al-Aqsa .
Pada 2021, ketegangan di sekitar Al-Aqsa disusul oleh serangan 11 hari dari Israel di wilayah Jalur Gaza. Hamas yang mengendalikan Jalur Gaza melihat tindakan tersebut sebagai serangan dan telah memperingatkan berulang kali bahwa mereka akan bereaksi.
“Semua bentuk ancaman dari Hamas tidak ada artinya, kita yang berwenang di sini, di Yerusalem, dan seluruh tanah Israel ,” ujar Ben-Gvir.
Saat ini, kompleks Al-Aqsa berada di bawah otoritas Yordania sebagai kustodian atau pemelihara. Di bawah Yordania, situs suci ini ada dalam status quo agar ketegangan antara Israel dan Palestina bisa dikendalikan.
Lewat pengaturan status quo, non-muslim diperbolehkan mengunjungi kompleks masjid Al-Aqsa tapi tidak diperkenankan untuk beribadah. Sayangnya, pengunjung Yahudi kerap melanggar larangan ini, baik diam-diam maupun terang-terangan.
Warga Palestina menganggap pelanggaran terhadap larangan beribadah yang dilakukan umat Yahudi sebagai bentuk provokasi. Ada kekhawatiran bahwa Israel berniat mengambil alih situs tersebut, terlebih jumlah ultranasionalis Yahudi memasuki area itu terus bertambah. Selain itu, intensitas penyerbuan Al-Aqsa oleh militer Israel makin memicu amarah Palestina.
“Ben-Gvir menyerang pada dini hari layaknya pencuri. Tindakannya tidak akan mengubah kenyataan dan tidak bisa memaksakan kedaulatan Israel atas Al-Aqsa ,” ujar juru bicara Presiden Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Amerika Serikat menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan bahwa mereka mendukung status quo atas kompleks Al-Aqsa .
“Ruang suci ini tidak boleh digunakan untuk tujuan politik dan kami meminta semua pihak untuk menghormati kesuciannya,” ucap juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.
Dalam pernyataannya, Miller menyebut kunjungan Ben-Gvir sebagai tindakan provokatif yang disertai retorika yang menghasut.***