Masjid Eski Camii yang berhias kaligrafi Arab selesai dibangun tahun 1414 di Edirne, kota di barat laut Turki yang ketika itu menjadi ibu kota Kekaisaran Ottoman. Pertengahan bulan lalu, masjid ini menggelar babak penyisihan untuk menentukan finalis pada acara puncak tanggal 17 Agustus mendatang. Lima juri menilai para peserta ketika mereka mengumandangkan azan.
Alettin Bozkurt, mufti di kawasan itu, mengatakan,”Azan dikumandangkan lima kali sehari di semua masjid. Karena itu, kalau saudara kita yang memiliki suara paling merdu mengumandangkannya, ini akan berpengaruh sangat besar bagi negara kita. Selain mengingatkan orang untuk salat, azan juga menyenangkan untuk didengar.”
Bozkurt mengatakan, aspek tersulit dari azan adalah muazin tidak boleh keliru sama sekali dalam mengumandangkannya. Azan disuarakan secara langsung dan seluruh kota dipastikan mendengarnya.
Pemenang babak tersebut, Abdullah Omer Erdogan, mengatakan, ia telah mulai berlatih mengumandangkan azan sejak berusia 10 tahun. Lelaki berusia 25 tahun ini mampu membedakan irama azan yang diperlukan untuk waktu salat tertentu. Ia mengatakan, “Misalnya azan subuh dilakukan dengan variasi khusus. Karena dikumandangkan pada waktu orang sedang tidur, azan harus terdengar seperti suara membangunkan yang menyenangkan. Jadi ada berbagai variasi lantunan azan.”
Ia dan para muazin lainnya melakukan langkah-langkah tertentu untuk menjaga kualitas suaranya. Berikut ini resepnya, “Kami memperhatikan suhu dingin. Kami biasanya minum air hangat, dan minum air hangat banyak-banyak. Kami juga sangat memperhatikan pola tidur kami, bahkan cara kami berbaring, mengingat ini memengaruhi pergerakan tenggorokan dan pangkal tenggorok.”
Upayanya itu bisa membawanya ke ketenaran di tingkat nasional. Para muazin Turki, salah satunya mengumandangkan azan di kota tua Edirne, melaju ke dua tempat teratas dalam kompetisi yang diselenggarakan di Arab Saudi dan ditayangkan langsung di televisi pada April lalu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang sangat relijius dan menghadapi pemilu sulit tahun depan, mengirimkan rekaman pesan selamat kepada para pemenang setelah babak penyisihan berakhir. “Semoga Allah bersama kalian,” kata Erdogan.
Selama dua dekade masa pemerintahan Erdogan, Turki telah membangun hampir 15 ribu masjid.
Naiknya Erdogan ke tampuk kekuasaan sebagai perdana menteri pada tahun 2003 dibangun berkat pembelaannya terhadap warga Muslim relijius Turki, yang hak-haknya telah dipersempit oleh negara yang menurut konstitusinya sekuler. Ia membayar kepercayaan pemilihnya dengan membangun masjid terbesar di bukit yang menghadap Selat Bosporus dan mengubah Hagia Sophia, bangunan yang semula gereja dan dijadikan museum, menjadi masjid pada tahun 2020. [uh/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.