korannews.com – Kapolres Nduga, Papua AKBP Rio Alexander Panelewen memastikan Pilot Susi Air Kapten Philips Mehrtens yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), masih hidup.
Kendati demikian, kondisi kesehatan Kapten Philips kian menurun.
Menurut Rio, ada banyak faktor yang membuat kesehatan Kapten Philips kian menurun.
“Bisa kami pastikan bahwa pilot masih dalam kondisi hidup, akan tetapi ada beberapa analisa dari kami bahwa kondisi kesehatan pilot sekarang menurun.”
“Itu dari beberapa faktor yang kami analisa, mungkin dari karena kecapekan, cuaca atau makanan, itu akan sangat berdampak untuk kesehatan dari pilot tersebut,” ujar Rio dikutip dari tayangan Kompas Tv.
Lebih lanjut, pihaknya tetap terus akan melakukan upaya negosiasi demi membawa pulang Kapten Philips.
“Kita sudah menggunakan beberapa alternatif dari beberapa alternatif dan upaya itu sampai sekarang memang masih belum belum berhasil, tapi itu tetap kita upayakan,” lanjut Rio.
Rio berharap segera ada titik terang dalam negoisasi antara aparat dengan KKB di Kabuparten Nduga, Papua.
Sehingga Kapten Philips dapat segera lepas dari sanderaan KKB.
“Ya kita berdoa saja sama-sama mudah-mudahan dalam waktu yang dekat ini pilot sudah bisa keluar dari hutan,” ujar Rio.
Negosiasi Alot
Hingga saat ini, proses operasi pembebasan Kapten Philips masih sulit dilakukan.
Mengutip Tribun-Papua.com , Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda (Laksda) Kisdiyanto mengatakan memang negosiasi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
“Ya memang kalau negosiasi tidak akan sebentar, pasti butuh waktu yang panjang.”
“Dan kita semua harus sabar, karena ini menyangkut nyawa manusia yang harus kita selamatkan. Meskipun satu orang, itu adalah nyawa manusia,” kata Kisdiyanto di Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Sentul, Bogor, Rabu (15/3/2023).
Dikatakan Kisdiyanto, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono sebenarnya telah berbincang dengan Duta Besar Selandia Baru Y M Kevin Burnett.
“(Selandia Baru) sudah menawarkan untuk membantu, namun Bapak Panglima menyatakan bahwa satuan TNI masih cukup untuk bisa menangani masalah penyanderaan ini,” ujar Kisdiyanto.
TNI, lanjut Kisdiyanto masih mengedepankan negosiasi daripada eksekusi.
“Yang lebih dikedepankan adalah bagaimana sandera ini selamat. Sebenarnya TNI kalau sudah ada perintah dari negara, pemerintah, untuk segera mengeksekusi, kami akan laksanakan.”
“Kami memang tidak bisa fix tahu. Kami melalui sarana yang kami miliki, baik itu pesawat udara maupun intelijen yang lain, kami sudah mengetahui beberapa lokasi di wilayah Papua yang dimungkinkan itu adalah posisi mereka,” lanjut Kisdiyanto.
Tututan di Luar Nalar
Pemerhati Isu-isu Strategis dan Global Prof Imron Cotan menilai tuntutan para penyandera Kapten Philip yang diinginkan KKB, di luar nalar.
Pasalnya KKB ingin menukar kebebasan sanderanya dengan kemerdekaan Papua.
Bila tuntutan semacam ini dipenuhi, kata Imron, maka akan muncul banyak negara merdeka baru yang juga melakukan tindak penyanderaan serupa.
Sehingga tak mungkin Indonesia akan dengan mudah memberikan kemerdekaan bagi mereka.
“Tidak mungkin pemerintah Indonesia, sebagai negara besar dan berdaulat menuruti tuntutan semacam itu,” ujar Prof Imron, Jumat (17/3/2023).
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Muhammad Zulfikar)(Tribun-Papua.com/Roy Ratumakin)