korannews.com – Bocornya dokumen rahasia Pentagon yang sebagian besar memuat informasi perang di Ukraina mengejutkan seluruh dunia. Kebocoran tersebut menimbulkan eskalasi serangan antara Rusia dan Ukraina. Selain itu juga mengungkap kerentanan dan perbedaan pendapat sekutu-sekutu Amerika Serikat (AS), termasuk Israel yang dikenal dekat dengan Gedung Putih.
Dokumen tersebut diduga bocor pertama kali pada Maret lewat platform Discord. Sejak itu, informasi telah dibagikan ke Twitter, Telegram, dan berbagai jejaring sosial lainnya. Ini merupakan kebocoran paling serius sejak WikiLeaks menerbitkan 700.000 dokumen rahasia di 2013.
Pada dokumen rahasia tersebut, tampak bahwa Washington menekan pemerintah Israel untuk memasok senjata mematikan ke Ukraina. Hal tersebut bertentangan dengan sikap Israel saat ini dan dapat membahayakan hubungan baik yang terjalin antara Benjamin Netanyahu dan Vladimir Putin.
Selain itu, dokumen juga memuat informasi tentang protes yang dilayangkan badan intelijen Israel , Mossad terhadap rencana Perdana Menteri Netanyahu untuk merenggut kekuasaan mahkamah agung.
Pada Januari lalu, Netanyahu bersama sekutunya dari golongan religius dan ultranasionalis mengumumkan adanya reformasi yudisial. Rencana ini akan memberi hak kepada Netanyahu untuk menunjuk hakim agung. Sementara parlemen yang dikendalikan oleh sekutunya bakal memiliki wewenang untuk membatalkan keputusan mahkamah agung dan membatasi kemampuan pengadilan untuk meninjau undang-undang.
Rencana ini jelas menuai kritik dari para pendukung Israel di AS, termasuk organisasi Yahudi Amerika dan anggota kongres dari Partai Demokrat. Kritikus mengatakan rancangan undang-undang itu akan memusatkan kekuasaan di tangan koalisi parlemen dan mengarah ke pemerintahan diktator.
Di Israel sendiri, selama 3 bulan terakhir sudah ada puluhan ribu warga turun ke jalan untuk protes. Mobilisasi massa telah menyebabkan gesekan pada tubuh pemerintahan. Petinggi Mossad bahkan disebut menggerakkan para anggotanya dan masyarakat umum untuk melontarkan protes ke pemerintah.
Menanggapi laporan tersebut, Benjamin Netanyahu menyangkal segala klaim dan menyebut segala informasi pada dokumen itu bohong serta tak berdasar. Situasi ini telah meningkatkan ketegangan antara AS dan Israel , terlebih sejak Joe Biden ikut mengkritik reformasi yudisial yang direncanakan Netanyahu dan sekutunya.
Sebelumnya ia menanggapi kritik Biden dengan menyatakan bahwa Israel adalah negara berdaulat yang mampu membuat keputusan atas kehendak sendiri, terlepas dari tekanan luar negeri, termasuk negara sahabat.
Itamar Ben-Gvir, sekutu dekat Netanyahu sekaligus Menteri Keamanan Nasional mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa mereka bukan ‘bintang lainnya di bendera Amerika’. Merujuk pada keinginannya agar AS tidak ikut campur urusan dalam negeri Israel . Itamar sendiri dikenal sebagai politikus sayap kanan ekstrem.
Dalam dokumen, selain Israel , Korea Selatan juga menjadi sekutu yang ditekan oleh AS untuk memasok senjata artileri ke Ukraina. Pentagon mengatakan pihaknya akan meninjau masalah kebocoran ini dan menyerahkan kasus ke Departemen Kehakiman. Para ahli berpendapat bahwa dokumen dibocorkan oleh orang dalam.***