korannews.com – Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi berharap kerja sama yang terjalin antara PT Pertamina Shipping International (PIS) dan Nippon Yusen Kaisha (NYK) dapat turut memperkuat hubungan antara Indonesia dan Jepang.
“Saya berharap kerja sama ini akan terus memberikan keuntungan bukan hanya kepada PIS dan NYK, melainkan juga memperkuat hubungan Indonesia dan Jepang yang akan menginjak usia 65 tahun beberapa pekan lagi,” kata Heri dalam sambutannya saat penandatanganan nota kesepahaman di Tokyo, Kamis.
Heri menjelaskan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali November lalu, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah mengumumkan bersama inisiasi Asia Zero Emission Community (AZEC).
“Kedua negara percaya bahwa Asia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang akan menjadi motor ekonomi dunia,” katanya.
Dia menambahkan AZEC juga berperan sebagai model kerja sama dalam mewujudkan transisi energi yang berkelanjutan, adil, terjangkau dan inklusif.
Menurut Heri, ketahanan dan keterjangkauan energi adalah fokus utama dalam proses transisi energi guna mencapai net zero emission yang dipimpin oleh wilayah Asia tanpa mengesampingkan perkembangan ekonomi.
Dia merasa optimistis bahwa kerja sama yang menguntungkan, pertukaran pengalaman secara global dan pembangunan kapasitas adalah kunci untuk mewujudkan konsep AZEC.
Heri berharap kerja sama tersebut dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan bisnis dan cakupan layanan yang lebih baik di pasar internasional serta mengembangkan kapabilitas PIS.
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menegaskan kerja sama tersebut akan sejalan dengan agenda G20, yakni transisi energi melalui konsep bisnis hijau (green business).
“Ini bukan hanya kerja sama antara dua perusahaan, melainkan juga dua negara. Kami memiliki agenda yang sejalan dengan komitmen G20 net zero emission bahwa transisi energi akan menciptakan menghasilkan peluang-peluang baru,” katanya.
Saat ini, lanjut dia, PIS masih berkosentrasi di migas, tetapi sudah memulai untuk bergeser ke bahan bakar berbasis gas.
“Kami juga memproduksi hidrogen hijau dari geotermal dan kami akan memproduksi hidrogen biru sebagai sumber energi terbarukan,” katanya.
Nicke menuturkan Indonesia memiliki energi utama yang bervariasi dari sumber dalam negeri, seperti bioenergi yang akan menjadi potensi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
“Kami harus mengembangkan transportasi CO2 dan infrastrukturnya, jadi ini bukan hanya kerja sama transaksional B to B (business to business), melainkan juga membantu pencapaian target net zero emision baik untuk Jepang maupun Indonesia,” katanya.