Gubernur California menandatangani undang-undang pengendalian senjata api baru pada Jumat (22/7), yang meniru pendekatan hukum kontroversial yang digunakan Texas untuk membatasi akses aborsi.
Tahun lalu, sebelum Mahkamah Agung AS membatalkan hak konstitusional warga AS untuk mengakses layanan aborsi, negara bagian Texas, yang dikuasai Partai Republik, memberlakukan undang-undang baru yang mengizinkan seseorang untuk menuntut orang lain yang membantu menggugurkan kehamilan, apabila detak jantung janin sudah terdeteksi.
Undang-undang Texas itu mengizinkan orang yang memenangkan kasus perdata tersebut menerima “ganti rugi” sekurang-kurangnya $10 ribu (sekitar Rp150 juta).
Para pejabat di negara bagian California yang dikuasai Partai Demokrat, yang mendukung penuh hak aborsi dan pengetatan pengendalian senjata api, memutuskan untuk membuat legislasi baru dengan menggunakan mekanisme hukum kontroversial yang sama.
Undang-undang baru yang ditandatangani Gubernur California Gavin Newsom itu memungkinkan seseorang mendapatkan uang senilai $10 ribu dari perorangan maupun perusahaan yang memproduksi, menjual ataupun mendistribusikan jenis senjata api yang dilarang di negara bagian itu, termasuk senapan serbu dan pistol rakitan yang biasa disebut pistol “hantu.”
Senator California Anthony Portantino secara terang-terangan menyebut ia dan para penyusun undang-undang itu terinspirasi undang-undang di Texas saat menulisnya.
“Sejujurnya, kalau Texas saja bisa menggunakan hak tindakan pribadi untuk menyerang perempuan, kita juga bisa menggunakan hak tindakan pribadi untuk membuat California menjadi lebih aman,” ungkapnya.
Gugatan hukum untuk menentang undang-undang di California yang akan berlaku mulai 1 Januari 2023 itu diperkirakan akan diajukan organisasi-organisasi berhaluan konservatif dan kelompok pelobi senjata api.
Newsom berpendapat bahwa Mahkamah Agung AS sendiri, yang kini dikuasai hakim agung berhaluan konservatif dengan perbandingan 6-3, yang “membukakan jalan.”
“Mahkamah Agung mengatakan hal ini tidak apa-apa. (Sejujurnya) itu adalah keputusan yang buruk. Tapi itulah hukum yang mereka tetapkan,” tambahnya.
Hampir 400 juta pucuk senjata api beredar di tangan penduduk Amerika per tahun 2017, atau sekitar 120 senjata untuk setiap 100 orang penduduk, menurut data Small Arms Survey.
Lebih dari 45 ribu nyawa melayang akibat senjata api tahun 2020, di mana separuhnya merupakan kasus bunuh diri, menurut data yang dikumpulkan Gun Violence Archive. [rd/pp]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.