Bagaimana Astronot Muslim Menjalani Ramadhan di Ruang Angkasa?

Bagaimana Astronot Muslim Menjalani Ramadhan di Ruang Angkasa?

korannews.com

KOMPAS.com – Para muslim di seluruh dunia menyambut Ramadhan 2023 dengan sukacita. Ibadah puasa selama sebulan menjadi kewajiban sekaligus momen sakral yang sangat sayang untuk dilewatkan.

Durasi puasa dimulai ketika terbit fajar dan tenggelamnya matahari. Karena kemiringan bumi dan posisi matahari, waktu dan durasi puasa setiap wilayah di bumi ini berbeda-beda.

Contohnya di Indonesia, durasi puasanya sekitar 13 jam. Bila kita bergeser ke Greendland, muslim di sana berpuasa selama 18 jam.

Bila puasa di bumi saja durasinya berbeda-beda, lantas bagaimana dengan muslim yang ada di ruang angkasa?

Di stasiun ruang angkasa internasional (ISS), sekitar 430 kilometer (km) dari bumi, para astronot dan kosmonot melihat 16 matahari terbit dan terbenam dalam sehari. Stasiun ini mengorbit bumi.

Di sana, ada astronot muslim bernama Sultan Al-Neyadi dari Uni Emirat Arab (UEA). Dia tiba di ISS pada 3 Maret lalu.

Saat ini, Al-Neyadi memiliki misi di ISS selama enam bulan sejak tiba di sana. Dan misinya kali ini kebetulan bersinggungan dengan Ramadhan yang tahun ini dimulai pada 23 Maret.

Dilansir dari CNN, Rabu (22/3/2023), Al-Neyadi sempat memaparkan bagaimana dia akan melwati Ramadhan sebagai astronot muslim yang menjalani misi di ruang angkasa.

“Enam bulan adalah durasi yang lama untuk sebuah misi, yang merupakan tanggung jawab besar,” kata Al-Neyadi kepada wartawan saat konferensi pers pada Januari lalu.

Sebagai seorang astronot, Al-Neyadi mengkategorikan dirinya sebagai musafir. Sehingga tidak wajib baginya untuk berpuasa saat Ramadhan ini. Dia bisa menggantinya lain waktu.

“Puasa tidak wajib jika Anda merasa tidak enak badan. Jadi dalam hal itu — apa pun yang dapat membahayakan misi atau mungkin membahayakan anggota kru — kami benar-benar diizinkan untuk makan makanan yang cukup untuk mencegah peningkatan kekurangan makanan atau nutrisi atau hidrasi, ”kata Al-Neyadi.

Dalam konferensi pers di Dubai pada Februari lalu, jika pun dia berpuasa, dia bisa mengikuti durasi Greenwich Mean Time (GMT) atau Coordinated Universal Time (UTC) yang digunakan sebagai zona waktu resmi di ISS.

“Jika kami memiliki kesempatan, pasti Ramadhan adalah kesempatan yang baik untuk berpuasa, dan itu sebenarnya menyehatkan,” ucap Al-Neyadi kepada wartawan dalam konferensi pers pada Januari.

“Kami akan menunggu dan melihat bagaimana nantinya,” sambungnya.

SebelumAl-Neyadi, ada beberapa astronot muslim pendahulu lainnya yang juga sudah melakukan perjalanan ke luar angkasa.

Pada 2007, astronot Malaysia Syekh Muszaphar Shukor juga menjadi astronot muslim yang melawati Ramadhan di ISS.

Kala itu, Dewan Fatwa Nasional Islam Malaysia mengeluarkan pedoman khusus untuk memandunya dan astronot muslim lainnya di masa depan.

Dalam pedoman tersebut, Sukhor bisa menunda puasanya sampai kembali ke Bumi. Atau jika mau berpuasa di ruang angkasa, astronot muslim itu bisa mengikuti zona waktu tempatnya diluncurkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

error: Content is protected !!