korannews.com – Arab Saudi dan Iran sepakat untuk memulihkan hubungan usai melakukan pembicaraan yang dimediasi oleh China . Riyadh dan Teheran juga sepakat untuk membuka kembali misi diplomatik masing-masing sekitar tujuh tahun setelah hubungan terputus.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (11/3/2023), Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran setelah para pendemo Iran menyerang misi diplomatik Saudi di Teheran tahun 2016 lalu, setelah otoritas Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah Nimr al-Nimr.
“Setelah pembicaraan, Republik Islam Iran dan Kerajaan Arab Saudi telah sepakat untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dan misi dalam waktu dua bulan,” demikian bunyi pernyataan gabungan Saudi-Iran seperti dipublikasikan kantor berita IRNA pada Jumat (10/3) waktu setempat.
Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) juga mempublikasikan pernyataan yang sama.
Pembicaraan Riyadh dan Teheran itu dimediasi dan digelar di China. Laporan kantor berita IRNA menyebut Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, melakukan perjalanan ke Beijing pada Senin (6/3) waktu setempat untuk melakukan ‘negosiasi intensif dengan mitra Saudinya di China untuk akhirnya menyelesaikan masalah antara Teheran dan Riyadh’.
Saudi yang mayoritas Sunni dan Iran yang mayoritas Syiah selalu mendukung pihak berbeda dalam sejumlah konflik di kawasan Timur Tengah. Salah satunya konflik di Yaman, di mana pemberontak Houthi didukung oleh Teheran dan pemerintah Yaman didukung oleh koalisi militer pimpinan Riyadh.
Irak, yang merupakan negara tetangga dari keduanya, telah menjadi lokasi rentetan pembicaraan antara Saudi dan Iran sejak April 2021. Pembicaraan itu dilakukan pada level relatif rendah, dengan melibatkan para pejabat keamanan dan intelijen kedua negara.
Dalam pernyataan gabungan yang dirilis pada Jumat (10/3), Saudi dan Iran mengucapkan terima kasih kepada Irak dan Oman, juga China atas bantuan dan dukungan dalam pembicaraan membahas pemulihan hubungan kedua negara.
“Berterima kasih kepada Republik Irak, Kesultanan Oman karena menjadi tuan rumah untuk pembicaraan yang digelar kedua pihak tahun 2021 dan 2022, juga para pemimpin dan pemerintah Republik Rakyat China untuk menjadi tuan rumah dan mendukung pembicaraan yang digelar di negara itu,” demikian bunyi pernyataan gabungan itu.