korannews.com – Amerika Serikat (AS) belum secara efektif mengatasi kesenjangan ekonomi yang terjadi di dalam negeri, yang mengarah pada melebarnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin dalam semua aspek kehidupan, menurut seorang analis kebijakan luar negeri.
“Kesetaraan ekonomi, baik yang diukur melalui kesenjangan pendapatan maupun kekayaan antara rumah tangga kaya dan miskin, sayangnya, terus melebar,” kata Gulru Gezer, seorang analis kebijakan luar negeri dan mantan diplomat Turkiye, kepada Xinhua dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
“Dan kami juga melihat bahwa kelas menengah terus menyusut selama beberapa dekade terakhir di AS.”
Gezer mengatakan kesenjangan pendapatan dan kekayaan di AS lebih tinggi dibandingkan di sebagian besar negara maju. Mengutip statistik terbaru yang diterbitkan oleh Economic Policy Institute, dia menyatakan seorang CEO pada 2018 dibayar 278 kali lipat dibandingkan gaji rata-rata pekerja. Dia juga menambahkan bahwa hampir 38 juta orang di negara itu hidup dalam kemiskinan, menurut data 2021.
Sistem perpajakan dan pendidikan di AS menjadi sektor yang mengalami kesenjangan, kata analis tersebut.
“Jika Anda ingin anak Anda mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki gelar dari universitas, Anda harus mulai menabung sebelum anak itu lahir. Dan jumlah mereka yang mendapatkan gelar dari universitas di AS kurang dari 30 persen dari populasi.”
Beberapa faktor menjadi penyebab kesenjangan AS yang mencolok, yakni krisis keuangan global 2008, pandemi COVID-19, dan reformasi pajak, kata Gezer.
“Semua masalah ini, ditambah dengan kebijakan yang tidak memadai untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, pada hakikatnya menyebabkan kesenjangan di AS,” imbuhnya.
Gezer juga mengatakan bahwa partai Demokrat dan Republik memiliki perspektif yang berbeda dalam mengatasi kesenjangan, yang menimbulkan berbagai masalah dalam mengembangkan kebijakan yang efektif.