Strategi Turunkan Angka Stunting: Pasangan Wajib Periksa Kesehatan 3 Bulan Sebelum Menikah

Strategi Turunkan Angka Stunting: Pasangan Wajib Periksa Kesehatan 3 Bulan Sebelum Menikah

korannews.comStunting alias tumbuh pendek yang disebabkan gizi buruk masih menjadi pekerjaan rumah besar di sektor kesehatan di Indonesia. Meski data menunjukkan bahwa angkanya terus menurun dari tahun ke tahun, tetapi jumlah anak balita yang menderita stunting di Indonesia masih tinggi.

Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2019, mencapai 27,7%. Pada 2021, angkanya turun sebanyak 3,3% sehingga menjadi 24,4%. Sementara itu, pada 2022, angkanya turun lagi 2,8% sehingga menjadi 21,6%.

Mengacu pada Badan Kesehatan Dunia (WHO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masalah kesehatan masyarakat bisa dianggap relatif baik bila prevalensi stunting mencapai kurang dari 20%.

Data yang terjadi di Indonesia saat ini masih jauh dari target angka prevalensi stunting nasional 2024, yaitu berada di angka 14%. Dari data tersebut, artinya Indonesia hanya memiliki waktu dua tahun untuk mencapai target 14%. Dengan demikian, diperlukan 7,6% lagi untuk mencapai target tersebut.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyebutkan, program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat), yang merupakan kerja sama lintas institusi dengan BKKBN, bisa dilakukan sebagai upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting , terutama dari keluarga kurang mampu.

“Melalui pemanfaatan sumber daya lokal, termasuk bahan pangan lokal, dapat dipadukan dengan sumber daya atau kontribusi dari mitra lainnya,” tutur Hasto dalam konferensi pers mengenai Hari Gizi Nasional, beberapa waktu lalu.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Wahidin menyebutkan, strategi terpenting untuk menurunkan stunting bukan dengan memberikan konsentrasi di hilir, melainkan di hulu. Dia menyebutkan dua poin utama yang bisa dilakukan untuk menurunkan angka stunting .

Pertama, bagaimana pemerintah memastikan untuk melakukan pendampingan. Kedua, bagaimana melakukan edukasi kepada semua remaja dan semua calon pasangan pengantin supaya dipastikan paling tidak ada dua hal untuk remaja dapat terpenuhi, yakni memastikan dia tidak mengalami anemia dan tidak kekurangan gizi kronis.

Dia menekankan, seandainya calon pasangan yang menikah sudah menjadwalkan dan diketahui bahwa pihak perempuan memiliki anemia, maka upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana supaya ada penundaan kehamilan.

Sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia, jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 48,27 juta jiwa dengan persentase laki-laki sebanyak 50,77% dan perempuan 49,23%. Wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi adalah Kabupaten Bogor (5,43 juta jiwa).

Sementara itu yang terendah adalah Kota Banjar (200.970 jiwa). Jawa Barat menjadi provinsi paling berpengaruh dalam percepatan penurunan stunting nasional. Jika angka prevalensi stunting di Jabar turun signifikan, itu akan memengaruhi turunnya angka prevalensi stunting nasional.

Berdasarkan data SSGBI Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jawa Barat mencapai 20,2% pada 2022. Jabar menempati peringkat ke-22 secara nasional. Tercatat, ada 11 kabupaten/kota dengan prevalensi balita stunting di atas rata-rata angka provinsi. Sisanya, 16 kabupaten/kota di bawah angka provinsi.

Kabupaten Sumedang tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Barat, yakni mencapai 27,6% pada SSGI 2022. Angka balita stunting di kabupaten ini melonjak drastis dari tahun sebelumnya sebesar 22%.

Wilayah dengan prevalensi balita stunting terbesar berikutnya adalah Kabupaten Sukabumi, yakni sebesar 27,5% dan Kabupaten Bandung Barat sebesar 27,3%. Prevalensi balita stunting di Kota Bekasi tercatat paling kecil, yakni hanya 6%. Setelahnya, ada Kota Depok sebesar 12,6% serta Kabupaten Cianjur sebesar 13,6%.

Menurut Hasto, strategi untuk menurunkan angka stunting di Jabar adalah dengan mewajibkan pasangan untuk memeriksakan kesehatan, tiga bulan sebelum menikah. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (HB) tidak kurang dari 12 dan lingkar lengan atas tidak kurang dari 23,5 sentimeter melalui aplikasi Siap Nikah Siap Hamil atau Elsimil.***

Exit mobile version