korannews.com – Perusahaan rintisan (startup) tetap perlu memahami teknologi kecerdasan buatan (artifical intelligent/AI) meskipun tidak memanfaatkan atau menggunakan teknologi tersebut di inti bisnisnya, menurut pandangan CTO GDP Venture On Lee.
On Lee menilai pengetahuan tentang AI dapat menunjukkan bahwa suatu perusahaan rintisan, termasuk para pendirinya, tidak mengabaikan perkembangan teknologi yang terjadi di dunia.
“Kalau saya bilang, nggak semua (startup) itu harus pakai AI. Tapi yang saya minta dari founder-nya, kalau dia nggak pakai AI, saya mau tahu, kenapa?” kata On Leedi Jakarta, Rabu.
“That’s fine kalau memang penjelasannya make sense (kalau tidak pakai AI). Yang saya nggak mau, ‘saya nggak tahu AI jadi saya nggak pakai AI’. Nah, kalau begitu kita nggak bakal fund company kayak gitu, out of ignorance,” imbuh dia.
Senada, Investment Partner GDP Venture Antonny Liem menambahkan bahwa teknologi-teknologi terbaru, termasuk AI hingga blockchain, merupakan suatu hal fundamental yang membawa perubahan pada kebiasaan manusia di masa depan.
“Artinya apa? Meskipun company-mu mungkin tidak akan dan tidak perlu pakai AI, tapi kamu harus mengerti dan tahu one is happening. Kalau nggak, kamu sulit,” kata Antonny.
“Contoh, anda bikin bisnis tapi nggak tahu ternyata itu replaceable nantinya, bisnisnya bukan orangnya, oleh AI. Berarti kan dengan cepat sekali bisnis ini bisa gone, jadi ga bisa di-ignore (tentang AI),” lanjut dia.
Antonny menambahkan pengetahuan tentang perkembangan teknologi perlu dimiliki oleh perusahaan rintisan, tidak perlu detail namun harus diketahui secara fundamental dan prinsip. Dengan begitu, strategi bisnis yang dibuat nantinya tidak salah kaprah.
Dia mengamini bahwa AI dalam beberapa bulan terakhir menjadi perbincangan lahan bisnis yang jauh lebih “seksi”. Meski begitu, investor masih memantau pergerakan potensi bisnis terkait AI. Di sisi lain, bagi Antonny pribadi, perusahaan yang memahami dan mampu memanfaatkan AI akan jauh lebih menarik dari sudut pandang investor.
Menurut On Lee, perbincangan AI memang menjadi viral dalam beberapa bulan belakangan semenjak kemunculan ChatGPT. Namun, dia mengingatkan bahwa AI sebetulnya sudah ada di dalam teknologi yang selama ini digunakan yaitu smartphone. Hanya saja, AI yang dikembangkan ChatGPT sudah jauh lebih mumpuni.
Teknologi AI juga tidak menggantikan pekerjaan manusia sepenuhnya, imbuh On Lee. Menurut dia, kehadiran AI dapat memperkuat dan mendukung kemampuan pekerja yang selama ini mengandalkan teknologi.
Kehadiran AI, di sisi lain, justru dapat menggantikan pekerjaan manusia apabila pekerja tidak memanfaatkan teknologi, apapun jenisnya. Oleh sebab itu, pekerja juga dituntut untuk terus meningkatkan kemampuannya sehingga dapat bekerja dengan teknologi terkini.
“Human with technology, not only AI, any technology, itu bakal replace human yang nggak pakai teknologi,” kata dia.
“Artinya kita mesti update, kita punya skill dengan the latest technology to help to do our job,” tandas On Leemenutup penjelasannya.