Psikolog: Kebiasaan Pamer Hidup Mewah Hanya Upaya Tutupi Sakit dalam Jiwa

Psikolog: Kebiasaan Pamer Hidup Mewah Hanya Upaya Tutupi Sakit dalam Jiwa

korannews.com – Fenomena pamer hidup mewah banyak ditemui dalam media sosial terutama kalangan pejabat yang memegang peranan penting di berbagai instansi negara. Menyikapi hal itu, psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, menyebut kebiasaan itu sebagai tanda kejiwaan yang tidak baik.Kebiasaan pamer hidup mewah , dijelaskan Novi, sebagai prinsip hedonisme yang mengejar kesenangan apapun yang berasal dari duniawi. Alih-alih kesenangan duniawi, Novi menilai kebiasaan pamer hidup mewah sebenarnya cara untuk mengurangi rasa sakit dalam jiwanya.”Hedonism ( pamer hidup mewah ) ini muncul karena biasanya ingin mengurangi rasa sakit (pain) dalam jiwanya, misal rasa kelelahan jiwa , kehilangan makna hidup, rasa bersalah, dan lain-lain yang muncul,” ujar Novi Poespita Candra dalam pernyataan pada Kamis, 2 Maret 2023.Lebih lanjut, Novi menerangkan kebiasaan bermewah-mewahan juga tercipta dari lingkungan sosial yang makin mendorong kuat gaya hidup itu.

Presiden Jokowi mengaku memahami kekecewaan masyarakat Indonesia terkait perilaku pejabat negara yang berpongah diri itu. Dijelaskan Jokowi , kekecewaan masyarakat telah berkali lipat dirasakan saat pelayanan tidak baik dan bertambah dengan perilaku buruk dari aparatnya.

“Saya tahu betul, mengikuti kekecewaan masyarakat terhadap aparat kita,” ujar Presiden Jokowi dalam pernyataan pengantar Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara pada Kamis, 2 Maret 2023.”Kalau seperti itu, pantas rakyat kecewa. Pelayanan dianggap tidak baik, kemudian (diikuti) aparatnya jemawa, pamer kuasa, dan kekayaan,” ujarnya.Menyikapi hal itu, Presiden Jokowi memerintahkan seluruh jajaran kementerian hingga lembaga negara untuk bersikap disiplin terhadap aturan-aturan yang ditetapkan.”Sekali lagi saya tekankan, jangan pamer kekuasaan, jangan pamer kekayaan. Apalagi, sampai dipajang-pajang di Instagram, di media sosial,” ujar dia menegaskan.***

error: Content is protected !!