korannews.com – PIKIRAN RAKYAT – Dokter Spesialis anak Universitas Airlangga (Unair) dr. Nur Rochmah menuturkan, penyebab diabetes anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Menurutnya, kedua hal ini akan mengakibatkan sel beta pankreas rusak. Sel ini akan membantu tubuh menghasilkan insulin yang akan memproses gula agar bisa dicerna oleh tubuh.
“Jadi pasien akan butuh tambahan insulin seumur hidupnya. Untuk kasus ini pasien lebih sering datang dengan keadaan emergency yaitu ketoasidosis diabetikum,” katanya.
Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unair itu menjelaskan, ketoasidosis diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes , dimana kadar keton dalam tubuh berlebihan. Kondisi ini bisa ditandai dengan munculnya bau mulut yang seperti buah.
Komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan pernapasan, penurunan kesadaran, sampai kejang. Sementara itu, diabetes tipe dua dapat terjadi saat anak memiliki berat badan yang berlebih. Sedangkan diabetes monogenik terjadi akibat terjadinya perubahan genetik.
“Diabetes tipe dua berasal dari anak yang gemuk kemudian terjadi resistensi insulin. Hal ini dapat terlihat pada bagian leher yang menghitam. Jadi pabriknya (Pankreas) masih normal,” tutur Nur Rochmah.
“Gejala ( diabetes monogenik) variasinya macam-macam dan bisa terjadi awal saat bayi,” ucapnya menambahkan.
Faktor genetik sering disebut memiliki peran paling besar terjadinya diabetes pada anak . Namun, ternyata genetik hanya memiliki peran sebanyak 20 persen faktor yang ada.
“Faktor gen yang bersinggungan dengan lingkungan baru muncul proses autoimun kemudian mengakibatkan kerusakan pada sel beta pankreas. Orangtua yang diabetes belum tentu anaknya diabetes juga,” kata Nur Rochmah.
Nur Rochmah menuturkan, ada beberapa tanda dan gejala yang harus diwaspadai terhadap kasus diabetes pada anak , salah satunya kencing yang berlebihan. Selanjutnya, adalah berat badan pada anak yang meningkat drastis dibanding sebelumnya.
“Kalau anak sudah ada tanda-tanda banyak kencing, semalam bisa mondar-mandir ke toilet lima kali atau lebih itu sudah harus hati-hati dan segera bawa ke dokter,” katanya.
“Mungkin anaknya selama pandemi berat badan naik banyak misal awal Covid 15 kilogram, lalu setelah pandemi jadi 30 kilogram. Kejadian seperti ini harus diwaspadai dan dibawa ke dokter untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya diabetes . Gemuk itu tidak lagi lucu tapi bisa berisiko diabetes ,” tutur Nur Rochmah menambahkan.
Nur Rochmah mengimbau masyarakat agar lebih meningkatkan kewaspadaan. Dia mengingatkan bahwa diabetes tidak hanya terjadi pada orang dewasa namun anak memiliki risiko yang sama.
“Yang perlu diperhatikan bahwa selain orang dewasa, anak – anak itu bisa terkena diabetes , lho. Sering tidak disadari awalnya jadi datang ke pelayanan kesehatan kebanyakan dalam keadaan gawat sampai memerlukan perawatan di ICU,” ucapnya.
Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting di sini, guna mengatur asupan nutrisi yang diberikan pada anak . Makanan manis pun menjadi hal yang paling disorot.
“Orangtua perlu mengatur asupan nutrisi yang masuk ke anak . Jangan terlalu banyak yang manis-manis. Dilihat juga apakah ada gejala mengarah diabetes atau tidak. Kalau ada, segera bawa ke dokter,” ujar Nur Rochmah, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi Unair, Kamis, 9 Februari 2023.***