korannews.com – Pangeran Harry kembali buka suara atas kasus dugaan peretasan telepon pribadinya. Ia memberikan kesaksian atas kasus dugaan peretasan telepon oleh Associated Newspapers, perusahaan yang menaungi sejumlah surat kabar Inggris.
Dalam gugatannya, Harry bersama dengan tokoh lainnya termasuk Elton John, suami penyanyi David Furnish, Elizabeth Hurley, anggota Parlemen Doreen Lawrence dan mantan istri Jude Law, Sadie Frost, menggugat Associated Newspapers Ltd (ANL), penerbit Daily Mail and Mail on Sunday, untuk pengumpulan informasi ilegal.
Melansir laman ET, Harry juga mengajukan gugatan serupa terhadap News Group Newspapers (NGN), penerbit News of the World hingga surat kabar The Sun.
Dalam pernyataan saksinya, Harry, yang saat ini berada di London untuk sidang hukum, menyebutkan dugaan skandal peretasan telepon pada tahun 2005. Harry mengaku tidak tahu bahwa ponselnya bisa diretas dalam waktu yang begitu lama.
“Pemahaman saya adalah bahwa pesan suara yang ditinggalkan kakak saya untuk saya telah diakses dan dipublikasikan. Selain itu, saya pikir peretasan itu terbatas pada telepon anggota staf,” kata Harry.
“Saya tidak tahu bahwa ponsel saya telah diretas dan saya berpikir bahwa tidak ada orang yang begitu bodoh untuk meretas ponsel saya mengingat implikasi keamanan dan konsekuensi dari informasi pribadi saya,” tambahnya.
Harry juga blak-blakan menyebut bahwa Kerajaan sebenarnya sudah tahu soal peretasan tersebut, namun dia tidak diberi tahu.
Harry mengaku dikekang dengan aturan ketat kerajaan yang membatasi ruang geraknya di publik, termasuk untuk berpendapat atau memberi respons terkait suatu rumor. Hal tersebut pada akhirnya memicu Harry untuk mengambil langkah hukum sendiri dengan merekrut penasihat hukum yang berbeda dari kerajaan.
“Kerajaan menahan informasi dari saya untuk waktu yang lama tentang peretasan telepon NGN dan itu semua baru saya ketahui beberapa tahun terakhir karena saya telah mengajukan klaim saya sendiri dengan nasihat dan perwakilan hukum yang berbeda,” ungkap Harry.
Anak bungsu pasangan Raja Charles dan mendiang Putri Diana ini juga menyebut bahwa Kerajaan memiliki kebijakan ‘no comment’ yang ketat. Karena ada kebijakan itu, pemberitaan yang paling buruk atau paling mencurigakan sekalipun sering kali tidak pernah diperhatikan olehnya.