korannews.com – Junnah hanya bisa menangis saat menatap Ariqah (4), buah hati yang dia lahirkan dalam keadaan Cerebral Palsy atau lumpuh otak. Kesedihan Junnah bukan tanpa alasan. Jika dulu dia bersedih hati karena melahirkan Ariqah dengan kondisi demikian namun kini pilunya Junnah karena khawatir akan masa depan Ariqah. Apalagi jika suatu saat Junnah dan suami sudah tidak ada lagi di sisinya.
“Kayak apa masa depannya Ariqah, besar mau jadi apa? kalau dia hidup juga gini-gini aja gitu, gak bisa mandiri, terlantar. Misalnya saya sudah tua gak ada yang rawat, kalau saya sudah gak ada, Ariqah sama siapa? Nanti kalau gede makannya disuapin, gak bisa mandiri,” ucap Junnah tak bisa lagi membendung tangisnya.
Segala kekhawatiran sebagai seorang ibu lamat-lamat menutup rasa optimisnya atas kehidupan dan masa depan Ariqah. Di saat yang bersamaan, seolah tahu betapa gundah hati Junnah, Ariqah hanya menatap Junnah lekat-lekat. Sungguh sebuah pemandangan yang menyayat hati.
Tim berbuatbaik.id yang berada di sisi keduanya, berusaha menegarkan dan mengingatkan Junnah kembali bahwa ada amanah besar di balik cobaan Ariqah. Perlahan tangis Junnah mereda, dia kembali mencerita awal mula penyakit Ariqah terdeteksi.
“Mungkin saya kurang gizi atau gimana, saya hamilnya itu mabok, muntah trus gak doyan makan saya itu. Mungkin saya harusnya dirawat kali ya karena gak pengalaman. Awal-awalnya kan dia prematur, prematur umur 7 bulan lebih 1 minggu. Lahir berat cuman 1,7 kg. Trus dia kejang umur 3 bulan, trus dibawa ke rumah sakit. Habis kejang kepalanya di-scan, katanya mah ini otaknya kecil dia tidak berkembang. Kejang udah lari ke otak. Jadi anak cerebal palsy, lumpuh otak,” cerita Junnah panjang lebar.
Sampai di umur Ariqah yang hampir 5 tahun, bocah ini hanya bisa menangis dengan mobilitas serta gerak terbatas. Ariqah pun tidak bisa bicara.
“Keluhannya itu, gak tau kok makin ke sini, makin sering dirawat, saya bingung. Ini anak kenapa sih kok tiap bulan dirawat mulu. Saya kadang stres sendiri. Saya gak nyangka, saya sempat bengong ini anak kenapa, ga bisa ngapa-ngapain. Kata dokter ini mah anak CP (cerebral palsy). Saya kaget nyari di google, saya gak percaya anak kayak gini, ya Allah. Saya berputus asa, nangis, saya gak mau makan,” ucap dia mengenang.
Walaupun punya gerak dan panca indra yang terbatas, nyatanya Ariqah sering membuat Junnah begitu emosional. Seolah Ariqah tahu semua kata hati dan keteguhan ibu tercinta.
“Kalau diomelin, saya kan namanya manusia kayak kadang ada keselnya, kadang saya bentak gitu, ngerti dia natap mata saya. oh ibu saya marah sama saya gitu. Kalau misal dia nangis, saya ga bisa nyuci piring berantakan, dia nangis kejer trus saya marah-marah, dia liatin saya, tapi habis itu saya peluk. Akhirnya saya minta maaf ke dia,” tutup dia.
Kesedihan dan ketegaran Ariqah dan keluarga begitu menyentuh. Apalagi hidup orangtua Ariqah hanya bersandar dari pekerjaan serabutan dengan penghasilan tak seberapa yang hanya bisa mengumpulkan Rp 300 ribu per bulannya. Penghasilan itu pun harus dibagi dengan biaya pendidikan 2 kakaknya yang duduk di SD dan SMK.
Sahabat Baik, betapa berharganya peran kita jika kita bisa meringankan beban mereka dengan mulai donasi sekarang juga melalui berbuatbaik.id. Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!