korannews.com – Melihat seseorang menggunakan cincin di jari telunjuk kanan, kamu pasti bisa menduga bahwa dia belum menikah.
Namun, saat melihat seseorang menggunakan cincin pada jari manis -entah kanan atau kiri- pasti kamu menduga orang tersebut telah memiliki pasangan, entah tunangan atau menikah.
Asumsi ini memang terdengar sembarangan. Tapi, ternyata ada alasan historis mengapa kebanyakan orang memakai cincin kawin pada jari tersebut.
Tradisi ini berasal dari zaman Mesir kuno.
Seperti dilansir dari BBC, para arkeolog telah menemukan bukti hieroglif bahwa pengantin wanita di masa itu menggunakan cincin kawin pada jari manis sebelah kiri.
Baca juga :
Hieroglif adalah sistem penulisan yang digunakan di masa Mesir kuno yang dikenal sebagai hieroglifik (hieroglyphic) atau disebut pula hieroglif (hieroglyph).
Hieroglyph merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh orang-orang Yunani pada tahun 500 SM yang berasal dari kata ‘hieros’ yang berarti ‘suci’ dan ‘glypho’ yang berarti ‘mengukir’.
Orang Yunani menggunakan istilah ini karena mereka menggunakan huruf serupa untuk menulis teks suci mereka.
Menurut Mental Floss, orang Mesir yang pertama kali mulai memakai cincin kawin sebagai simbol keabadian, percaya ada “saraf halus” yang menyalurkan energi dari jari manis tersebut hingga ke jantung.
Jantung adalah organ untuk memompa darah dan dianggap sebagai pusat emosi manusia.
Orang Yunani dan Romawi kuno juga menggunakan cincin kawin di jari manis dengan alasan serupa.
Mereka percaya, vena amoris atau vena cinta menyalurkan energi dari jari tersebut menuju jantung.
Meski kepercayaan akan vena dan saraf tersebut tidak atau belum terbukti, negara-negara barat telah melanjutkan tradisi kuno itu.
Dalam budaya lain, seperti Denmark, Polandia, dan Kuba, cincin kawin digunakan pada jari manis tangan kanan.
Dalam tradisi kuno, cincin kawin hanya digunakan oleh wanita.
Namun, sejak Perang Dunia II, para suami mulai memakainya untuk mengingatkan mereka tentang istri dan anak.