korannews.com – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 Media se-Asia Pasifik 2023 (18th Asia Media Summit/AMS 2023) mendukung kesetaraan industri penyiaran khususnya terkait pemanfaatan teknologi modern.
Program Manager Asia-Pasific Institute for Broadcasting Development (AIBD), Praneel Prasad, mengungkapkan bahwa ada tiga negara yaitu Bangladesh, Nepal, dan Bhutan masih tertinggal dari segi pemanfaatan teknologi penyiaran.
“Kami ingin mengedukasi penggunaan teknologi, sebab semua kalangan kini tengah beradaptasi menggunakan teknologi yang otomatis,” kata Praneel dalam siaran persnya terkait KTT AMS, Senin.
Oleh karena itu, salah satu sesi pelatihan yang diadakan dalam acara tersebut mengambil tema “Engineering Fundamentals in The Era of Automation” sehingga harapannya para peserta dapat mencakup isu yang tengah hangat beberapa waktu terakhir.
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari yakni 21-22 Mei itu turut menghadirkan perwakilan dari tiga negara yang dinilai memiliki sistem penyiaran yang belum terbarukan.
AIBD berkolaborasi dengan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI memberikan pelatihan mengenai teknik penyiaran di era otomatisasi.
Harapannya negara-negara tersebut dapat mengadopsi setiap informasi fundamental yang berkaitan dengan teknik penyiaran di era modern, dari mulai transisi analog ke digital, transformasi digital, hingga penerapan teknologi yang meningkatkan kualitas penyiaran.
Praneel optimistis para peserta mampu mengikuti tren penggunaan teknologi penyiaran layaknya di negara maju bahkan bisa mengadopsinya di negara mereka usai gelaran KTT AMS.
“Dulu melakukan penyiaran memerlukan banyak peralatan, saat ini dapat dioptimalkan dengan penggunaan teknologi modern. Itu yang sedang kita implementasikam pada saat ini,” kata Praneel.
Adapun KTT ke-18 Media se-Asia Pasifik 2023 berlangsung mulai 22-25 Mei 2023 di Bali dihadiri oleh lebih dari 300 delegasi dari berbagai media se-Asia Pasifik.
Mengusung tema “Media Enhancing Economic Sustainability”, KTT AMS ingin menggambarkan peran media dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi pascapandemi COVID-19.
Pesertanya berasal dari beragam profesi, seperti anggota parlemen, jajaran direksi, hingga pembuat keputusan dari berbagai belahan dunia datang menghadiri konferensi tahunan ini. Mereka berasal dari negara-negara Asia Pasifik, Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika Utara.