korannews.com – Dokter spesialis bedah konsultan onkologi Dr. dr. Samuel Haryono, Sp.B (K) Onk mengingatkan, apabila kanker payudara dapat terdeteksi dini maka harapan hidup pasien akan besar, bahkan sama seperti kolega mereka yang sehat saat ini.
“Kalau kamu stadium masih awal, maka your survival rate itu akan sama dengan temenmu SD atau SMP yang sehat sekarang. Karena dia masih lokal harapan hidup besar. Pengobatan tidak macam-macam,” kata dokter yang merupakan anggota Perhimpunan Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) di Jakarta, Selasa.
Prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam lima tahun bisa mencapai 90-95 persen pada Stadium 1, 70-75 persen pada Stadium 2, serta 10-25 persen pada Stadium 3 dan 4. Angka ini menunjukkan pentingnya deteksi dini untuk dilakukan oleh setiap individu.
Tak hanya itu, menurut Samuel, apabila kanker terdeteksi dalam stadium dini, maka payudara pasien masih bisa diselamatkan sehingga dia tak perlu menjalani mastektomi atau prosedur pengangkatan seluruh jaringan payudara.
“Your breast is being preserved, conserved. Ayo datang lebih awal. Maka deteksi dini, kalau bisa skrining, kalau bisa cancer prevention, nanti era kita harus sudah periksa risiko-risiko riwayat keluarga,” tutur dia.
Pentingnya deteksi dini juga diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD – KHOM. Deteksi ini bisa mulai dari pemeriksaan payudara sendiri (Sadari), pemeriksaan payudara klinis (Sadanis), USG payudara dan mammografi.
“Early detection save lives. Kalau kita bisa temukan pada stadium yang awal, survival ratenya sangat tinggi dibandingkan dengan stadium empat,” kata dia.
Kanker dikatakan sebagai penyebab utama kematian di seluruh dunia, dengan hampir 10 juta kematian terjadi pada tahun 2020. Menurut data Kemenkes RI tahun 2022, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebesar 136 orang per 100.000 penduduk atau berada pada urutan kedelapan di Asia Tenggara.
Angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi yakni kanker payudara yaitu sebesar 42 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 orang per 100.000 penduduk, diikuti kanker leher rahim sebesar 23 orang per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 14 orang per 100.000 penduduk.